Di sebuah desa kecil, tinggal seorang perempuan bernama Nana, yang memiliki dua anak, Aisyah dan Hadi. Kehidupan mereka sederhana, namun penuh dengan kasih sayang. Nana seorang ibu muda yang kuat dan sabar, yang bekerja keras setiap hari untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Suaminya yang telah wafat beberapa tahun lalu, meninggalkan mereka dengan segala bentuk cerita namun penuh tantangan.
Setiap pagu Nana bangun lebih awal dari yang lain. Ia mempersiapkan semua kebutuhan dan sarapan pagi anak-anaknya ke sekolah, sebelum beraktivitas. Setiap hari ia membersihkan semua yang kotor dan memastikan semua kebutuhan mereka terpenuhi sebelum ia berangkat bekerja di ladang.
Perempuan tanggub ini tak pernah mengeluh, meskipun tubuhnya lelah. Baginya, melihat anak-anaknya bahagua adalah kebahagiaan terbesar  yang ia miliki.
Aisyah, putrinya yang masih berusia belasan tahun, sering memperhatikan ibunya yang bekerja tanpa henti. Setiap pulang dari sekolah, Aisyah dan Hadi berganti pakaian dan langsung menuju ladang milik keluarga ibunya, di mana Nana menghabiskan waktu hingga sore menjelang.
Meski demikian, Nana selalu menyempatkan diri untuk memberikan pelukan hangat dan kata-kata penyemangat. Aisyah tau betul bahwa ibunya adalah pahlawan dalam hidupnya dan bagi hidup Hadi, adiknya. Semenjak kepergian bapaknya, seolah waktu telah membuat mereka memahami kehidupan yang harus dilalui. Tanpa suara sang waktu selalu memberi pengalaman dan pemahaman bagi diri mereka.
Suatu pagi, setelah sarapan, Aisyah duduk bersama ibunya di beranda rumah mereka yang sederhana. Ia memandang ibu dengan penuh rasa hormat dan kekaguman.Â
"Ibu, kenapa ibu selalu terlihat ceria dan kuat? Bahkan ketika ibu lelah, ibu tetap tersenyum?" tiba-tiba Aisyah bersuara, mengusir hening diantara mereka.
Nana tersenyum tipis dan merangkul Aisyah. Sementara saat itu suasana alam menebarkan rona persahabatan yang hakiki, menemani mereka di sela rasa letih yang merongrong asa, memaksa jiwa untuk tetap tegar dan kokoh.Â
"Semua ini karena kasih sayang untuk kamu dan adikmu, Aisyah. Melihat senyummu dan canda tawa kamu dan adikmu, melihat kalian bertumbuh, sehat dan pintar adalah kebahagiaan terbesar bagi ibh. Kekuatan yang ada ini dari Illahi," Nana meyakinkan anaknya dengan suara lembut. Di sekitar mereka Hadi sedang asyik sendiri, di ladang mereka. Dalam hati Nana berharap, "panen nanti in sya Allah akan menguntungkan dan dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya," kata batinnya.
Aisyah mendengarkan ibunya sambil mengangguk. Lalu beranjak menuju Hadi yang sedari tadi sibuk dengan rutinitas di ladang, membantu ibunya.