Mohon tunggu...
Vica Item
Vica Item Mohon Tunggu... -

Fulltime mother of two. Sedang mencoba memulai belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

A-C-I Selalu

9 Maret 2012   12:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:18 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini bukan tentang film remaja di TVRI di tahun 80an itu walaupun memang mengambil singkatan yang diperkenalkan oleh serial ini, ACI alias Aku Cinta Indonesia.

Saat sedang mencari cara mencuci  di satu celana merek terkenal, kutemui tulisan 'made in Indonesia'. Wah, akhirnya! Ketemu juga barang keluaran merek ini yang buatan Indonesia.  Bosan juga melihat baju-baju dari merk trendy ini  ketemunya kembali buatan Bangladesh, India, Maroko (China tak perlulah disebut). Sebab dengan memposisikan diri sebagai merk trendy dengan harga terjangkau, kemana lagi mereka membuat barang kalau tidak ke negara yang menawarkan jasa SDM yang "murah" *. Tapi kok, jarang ya menemukan yang made in Indonesia?

Satu hal yang agak lucu (menurut saya), kalau orang Bangladesh senang melihat nama negaranya terpampang di baju berbagai merk, beberapa teman disini merasa 'sayang' memakai made in Indonesia. Ada memang alasan yang logis, seperti di Indonesia lebih murah barang yang sama. Tapi setahu saya untuk barang bermerek yang terpampang di super mall ngetop di Jakarta, saya jarang melihat yang buatan Indonesia. Dan harganya pun jauh lebih mahal.

Yang lebih lucu adalah beberapa orang merasa malu ketahuan memakai made in Indonesia. Bukan hanya di sini, tapi juga di negara lain. Sempet juga agak kemakan omongan orang, iya yah, udah jauh-jauh kok made in Indonesia juga. Tapi suamiku kalau tahu ada barang buatan Indonesia, malah mau diborong. 'Itung2 bantu orang Indonesia', ujarnya.

Ouch! Baru sadar, benar juga, selain bangga buatan Indonesia dipake merek top internasional, dengan banyak membeli produk Indonesia di luar negeri, apapun mereknya, kita  juga bisa membantu memajukan industrinya. Kalau bukan kita di luar negeri yang ikut membeli produk sendiri dan terutama bangga memakainya, nanti malah dikira produk Indonesia jelek, karena tidak laku. Lah, bagaimanapun juga, orang Indonesia termasuk banyak di luar negeri, bukan? Kalau barang yang buatan Indonesia laku terjual, pasti produsen brand tersebut  merasa puas dan akan membuat sebanyak-banyaknya produknya di Indonesia (pikiran naifku).

Sebenernya kalau menurutku, bukan produk jelek yang jadi masalah. Kualitas tidak kalah dengan buatan negara lain yang sudah disebut di atas. Terkadang, yang aku liat adalah orang Indonesia malu dianggap orang Indonesia di negeri orang (saat ini baca di Arab). Jadi karena malu jadi orang Indonesia, malu juga pakai produk sendiri. Yah! Kapan majunya Indonesia?

Ada apa gerangan? Menurut gosipan ibu-ibu, ini terjadi karena kebanyakan kalau orang Indonesia di Arab sering dianggap hanya maid or driver saja. Jadi ada yang lebih merasa nyaman dianggap orang Malaysia (yang tidak punya TKI informal di Arab) atau malah orang Arab??? Pernah suatu waktu aku pergi ke toko Indonesia. Saat hendak membayar ke kasirnya yang jelas-jelas bertampang Jawa, kutanya "Berapa jadinya', dia malah jawab dengan bahasa Arab. Lah saat itu aku yang tak tahu bahasa Arab sama sekali tentu saja jadi bingung.

Dan memang orang di Arab juga sering merendahkan orang Indonesia. Seringkali aku dianggap orang Filipina. Bukan karena aku waktu itu tidak berjilbab tapi karena aku berbahasa Inggris. Saat tahu kalau aku orang Indonesia, heranlah mereka, kok aku bisa bahasa Inggris. Karena berlaku anggapan umum, orang Indonesia bisa berbahasa Arab tapi tidak bahasa Inggris, fakta ini aku ketahui belakangan tentunya.

Awal-awal aku sering ngotot, 'Lots of Indonesian can speak good English'. Tapi lama kelamaan, kalo ditanya 'Indonesian? No Arabi?. 'Nope, English'.

Tapi menurutku, kalau diri kita sendiri yang tidak "pede" membawa identitas diri, bagaimana orang lain mau menghargai kita? Padahal kita ini bangsa yang besar, kenapa harus tunduk-tunduk kepada orang lain, sepertinya kita berada di kasta yang berbeda. Kalau tunduk hormat, karena seseorang mempunya kelebihan memang tak masalah. misal karena lebih tua atau lebih santun dan berilmu.

Sekadar info, disini banyak TKI Formal kelas kakap. Ada yang jadi department head di bank besar, ada yang bekerja di development bank, belum lagi yang jadi chief accountant dan manager di hotel, atau IT programmer, juga manager di restoran waralaba internasional. Panjang daftarnya. Namanya aja TKI, singkatan dari Tenaga Kerja Indonesia, bahasa inggrisnya ya Indonesian expats. Seharusnya diperpanjang, TKI di bidang apa, baru jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun