Mohon tunggu...
Humaniora

Gemar Membaca Lahirkan Karya

5 Oktober 2017   09:48 Diperbarui: 5 Oktober 2017   10:08 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan untuk menumbuhkan kegemaran membaca, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Sekarang diperintahkan membaca, kegemaran membaca tidak langsung bertumbuh. Salah satu kegiatan untuk menumbuhkan kegemaran membaca adalah membiasakan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai sebagai upaya gerakan literasi. Upaya menumbuhkan kegemaran membaca sudah penulis lakukan melalui aktivitas membaca 15 menit. Namun, belum semua siswa bertahan membaca sampai 15 menit. Ada sebagian siswa yang bersendau-gurau, bermain-main dengan peralatan sekolahnya, atau hanya bengong saja sambil menunggu waktu selesai.

Kondisi ini akan lebih parah lagi jika buku-buku yang tersedia di sudut baca kurang menarik, terbatas jumlahnya, dan tidak pernah berganti. Siswa asyik dengan kegiatannya sendiri karena kegiatan membaca yang diwajibkan penulis kurang menarik. Kurangnya minat baca siswa juga disebabkan tidak ada kegiatan yang menantang dan dinamika aktivitas yang belum terarah.

Ternyata untuk menumbuhkan kegemaran membaca  para siswa perlu teladan dari guru. Ketika siswa wajib membaca, penulis juga ikut membaca. Hal tersebut didasari pemikiran bahwa guru dan siswa mempunyai kebutuhan yang sama akan kegemaran membaca yang berdampak pada perolehan ilmu, wawasan, dan pengalaman baru.

Nah, bagaimana menumbuhkan kegemaran membaca bagi para siswa bahkan hingga mampu menghasilkan karya? Tentu saja butuh perjuangan dan komitmen yang kuat dari para guru sendiri. Apalagi guru merupakan peramu kegiatan di kelas. Analoginya, guru itu seorang koki, enak dan tidaknya makanan tergantung pada koki yang menyiapkan semua bahan, meracik, mengolah, hingga menyajikan hidangan.

Kreativitas guru dalam meramu kegiatan untuk menumbuhkan kegemaran membaca sangat diperlukan para siswa. Sentuhan-sentuhan halus guru, hal-hal kecil yang mungkin luput dari pengamatan guru selama ini, dapat dilakukan dengan untuk menggerakkan siswa supaya gemar membaca.  Seperti yang telah kami laksanakan di kelas VI SD Tawang Mas 01 Semarang, upaya menumbuhkan kegemaran membaca melalui aktivitas Baliku, Kupuku, Samisaka, dan Pakuku.

Baliku

Kegiatan membaca 15 menit bukan kegiatan rutinitas biasa, namun kegiatan yang istimewa. Penumbuhan kegemaran membaca yang penulis lakukan diawal bersama siswa adalah kegiatan Baliku (Baca lima belas menit buku). Untuk memulai membaca penulis tidak langsung menyuruh siswa membaca, tetapi memberikan pemahaman dan praktik secara langsung cara memperlakukan buku. Buku sebagai sumber dari semua pengetahuan hendaknya diperlakukan secara istimewa. Siswa diajari cara membawa, membuka, membatasi buku jika belum selesai dibaca, secara benar.  Langkah ini memang sepele tetapi perlu guru tanamkan kepada siswa supaya tidak ada lagi siswa yang menaruh buku dengan cara melempar, membuka buku dengan kasar, melipat atau menekuk buku dengan seenaknya, dan sebagainya.

Kegiatan  yang tidak luput dari perhatian penulis adalah mengenalkan identitas buku. Siswa wajib tahu dan paham tentang identitas buku. Selama ini siswa kalau membaca buku biasanya hanya melihat sampul buku, judul, dan isi.  Siswa mengabaikan pengarang, penerbit, ilustrator, dan sebagainya. Padahal pengenalan identitas buku itu sangat penting untuk siswa.

Ketika siswa membaca buku dan  mengetahui  identitas buku tersebut, mereka akan menghargai pengarangnya. Mereka akan memahami bahwa buku tersebut lahir karena pemikiran orang-orang yang kreatif, orang-orang hebat yang sudah berkarya dan karyanya bermanfaat bagi orang banyak. Terbitnya sebuah buku tidak bisa dilakukan sendiri oleh pengarang tetapi mereka membutuhkan orang lain, dalam hal ini kerja tim sehingga diperlukan kerjasama, toleransi, musyawarah, atau diskusi. Di samping itu siswa juga memahami banyak profesi di sekitar buku seperti menjadi pengarang, ilustrator, editor, dan sebagainya.

Baru kegiatan selanjutnya adalah membaca selama 15 menit. Buku yang mereka baca adalah buku-buku cerita anak, dongeng, cerita rakyat, novel anak, dan sejenisnya yang diambil dari sudut baca kelas. Khusus untuk hari Kamis kami membaca buku majalah berbahasa Jawa. Hal ini sesuai dengan intruksi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo setiap hari Kamis wajib menggunakan bahasa Jawa. Buku yang kami baca bersumber dari perpustakaan sekolah, koleksi guru, koleksi anak, atau sumbangan dari orang tua siswa. Semakin banyak buku yang tersedia, semakin banyak yang dibaca siswa, akan semakin besar investasi karakter, pengetahuan, dan pengalaman unik yang tertanam di hati siswa.

Bagaimana dengan kegiatan guru? Siswa membaca, guru membaca. Buku-buku yang penulis baca berupa buku cerita fiksi, biografi, atau kisah inspirasi. Hasil dari penulis membaca penulis ceritakan kepada siswa, atau kadang penulis mendongeng di hadapan mereka dari apa yang sudah penulis baca, sekaligus penulis memberikan motivasi dan penanaman karakter pada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun