Aku hanya diam, berdialog bersama mimpi tentang riak yang sedang berkembang
Resah yang begitu terpendam, penuh dan sesak
Menangispun tidak berarti
Meraba, mencoba mencari arah untuk keluar
Rasakan pahitnya kebaikan yang dikhianati
Seharusnya aku mengalir saja ketika memberi
Seharusnya aku tak perlu lagi menengok ketika sudah melangkah
Seharusnya aku tidak berharap banyak jika tak mampu membendung kecewa
Inilah aku sendiri yang sedang terkapar dalam kekecewaan
Menyiksa diri
berangkat dari awal lagi...mulai untuk menguatkan hati
betapa ikhlas adalah obat mujarab
melapangkan hati
memandang untuk menjadikanya kecil
Rabbi................
Dalam helaan nafas panjang ini
Mohon angkat aku yang tenggelam dalam pekatnya sakit hati
Sehinggga tak penat lagi pikiranku
Kini
Aku lebih mengerti mengapa Kau sediakan pintu khusus untuk orang orang yang bersabar dan ikhlas
Masukanlahku kedalamnya
Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H