Mohon tunggu...
Intan Parinduri
Intan Parinduri Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat Politik

Rakyat Biasa yang mencoba mengamati politik dan kehidupan sosial di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Inikah Tahun Sandyakala Amien Rais?

11 Oktober 2018   16:47 Diperbarui: 11 Oktober 2018   17:45 4080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikalangan internal Muhammadiyah sendiri, Amien Rais dikenal orang yang suka membolak balikkan dukungan, ia kadang berkomplot mendukung seseorang, lalu setelah orang itu dipandang merugikan secara politis ia akan menjatuhkan. 

Amien Rais juga dicurigai membawa Muhammadiyah ke dalam ranah politik. Khittah Muhammadiyah sebagai Organisasi modernisasi gerakan Islam lewat pendidikan dan rumah sakit, dibawa oleh Amien Rais ke politik praktis. Orang yang paham gejala ini adalah Lukman Harun, tokoh Muhammadiyah yang menantang frontal Amien Rais.  Dan Lukman Harun-lah yang menyerukan di muka publik agar Amien Rais tidak membawa Muhammadiyah untuk kepentingan politik praktis.

Banyak yang mengira pendirian ICMI awalnya diberikan pada Amien Rais, tapi akhirnya Suharto memberikan itu kepada BJ Habibie, sedikit banyak hal ini mungkin membuat Amien Rais kecewa pada Pak Harto.

Amien Rais adalah orang yang cerdas bagaimana kekuasaan bisa dimainkan, ia sadar kelebihan utamanya adalah membentuk panggung dan menciptakan aktor, ia bagai "Sjumandjaja Dalam Politik" seseorang yang mampu menciptakan film-film bagus tapi dia sendiri hanya menjadi cameo sejenak.

Di tahun 1990, ia menjadi ketua Muhammadiyah karena ketum Muhammadiyah Azhar Basyir meninggal dunia. Disini Amien Rais mulai berpikir "Kalau ingin besar, harus cari lawan yang besar" dan tak tanggung-tanggung ia memutuskan Presiden Suharto menjadi rival.

Di tahun 1994, lawan Suharto paling serius ada dua yaitu : Megawati yang kuat karena kemenangannya di kongres Sukolilo, Surabaya pada tahun 1993 membuat Megawati memiliki entitas politik resminya berhadapan dengan Suharto dan Gus Dur yang diam-diam membangun persekutuan politik dengan kubu Benny Moerdani sejak 1984 untuk secara taktis melawan Suharto. 

Kini Amien Rais harus muncul dan menjadi rival Suharto untuk menaikkan dirinya, namun ia tidak punya modal sosial yang kuat untuk melawan Suharto. Ia tau tidak mungkin memanfaatkan Muhammadiyah untuk kepentingan politik, karena Muhammadiyah sangat berjarak dengan politik, kepentingan Muhammadiyah hanya di bidang bidang sosial, seperti sekolah dan rumah sakit. Satu-satunya jalan ia harus membranding dirinya sendiri, sehingga namanya harus melebih Muhammadiyah. Dan inilah yang dilakukan.

Di tahun 1993, Amien Rais mulai membangun gorong-gorong politik. Ia membangun persekutuan dengan Permadi, seorang kejawen dan lebih dikenal sebagai dukun peramal. Amien Rais kerap duet dengan Permadi dalam diskusi-diskusi politik, di kalangan aktivis mulai banyak tersebar pamflet pamflet penantangan Amien Rais kepada Suharto, di media Amien Rais mulai memanfaatkan media, ia menggunakan Republika sebagai corong politik, dimana Parni Hadi pemred Republika membantu mempopulerkan nama Amien Rais habis-habisan, jadilah Amien memiliki kolom sendiri di Republika. 

Disinilah Amien melihat namanya mulai meraksasa bahkan  melebihi nama Muhammadiyah sekalipun. Amien Rais tidak lagi melihat semboyan Muhammadiyah "Hidup, hidupkanlah Muhammadiyah, tapi jangan cari makan di Muhammadiyah" menjadi sebuah nilai nihil, karena ia menjebak Muhammadiyah untuk diperalat meraih kekuasaan, kepentingannya sendiri bukan kepentingan Muhammadiyah.

Ada fokus utama yang ditembak Amien Rais sebagai peluru isu untuk melawan Suharto, yaitu "Nepotisme", ia menganggap Cendana telah merusak mental orang Indonesia dengan nepotisme. Bila di medio 1980-an, tulisan-tulisan Amien Rais seperti di majalah Prisma, lebih ke persoalan geopolitik seperti  Revolusi Impor Islam yang mengagung-agungkan Imam Khomeini Syi'ah yang dianggap berhasil menantang Ronald Reagan, maka di tahun 1990-an Amien Rais mulai menyerang Suharto, dan menciptakan jargon bahwa Suharto adalah Fir'aun. 

Namun bukan Amien namanya yang mampu ngadalin Suharto, di satu sisi ia gampar kiri kanan Suharto di media, di sisi lain ia datang ke Suharto untuk minta bantuan. Hal ini diakui oleh adik tiri Suharto,  Probosutedjo yang geram dengan sikap Amien Rais bermain dua muka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun