Di fase ini, kita dan pasangan mulai "kehabisan energi cinta". Yang tadinya meluap-luap penuh romansa, kini berangsur-angsur surut.
Ibarat gelombang air laut, inilah masa-masa surutnya. Â (Dr. Thariq Kamal An-Nuaimi juga menyebut bahwa laki-laki dan perempuan punya siklus emosi ibarat gelombang laut).
Dan pada intinya, di fase ini, suami istri mulai berpikir realistis. Banyak pula pasutri yang mulai sama-sama "kelihatan sisi buruknya." Atau dalam bahasa yang lebih halus, "kelihatan watak aslinya".
Di sinilah, banyak sekali pasangan suami istri yang saling kecewa. Mendadak mereka mulai berpikir, "Lho, ternyata suamiku wataknya gampang marah." atau "Istriku ternyata orangnya cerewet dan susah dikasih tau." dan sebagainya.
Dan fakta di lapangan menunjukkan, kebanyakan pasutri gagal di fase ini. Mengapa gagal?
yang banyak sekali penyebabnya. Pertama, bisa jadi karena pasangannya mulai terlihat berbeda jauh dari yang dikenalnya sebelum menikah. Mentang-mentang sudah berada di zona nyaman, beberapa pasangan mulai bersikap seenaknya (menunjukkan sifat aslinya).
Kedua, bisa jadi suami istri sering berkonflik karena kurang ilmu tentang psikologi lawan jenis.
Karena tidak tahu bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda sama sekali, suami cenderung memperlakukan istrinya sebagaimana si suami ingin diperlakukan. Begitu juga sebaliknya. Istri memperlakukan suami seperti memperlakukan sesama perempuan.
Hasilnya bisa ditebak: salah paham, cekcok, dan pertengkaran seru. Inilah yang menjadi PR buat kita semua, termasuk semua pasangan, baik suami istri maupun yang belum menikah.
FASE MENGENAL DAN MEMAHAMI
Suami istri tadinya sering bertengkar karena 'energi cintanya' dalam kondisi low-bat.