Kurang dari 2 bulan lagi, negara kita, Indonesia, akan menyelenggarakan hajatan super besar. Hajatan yang begitu ditunggu-tunggu pelaksanaannya. Hajatan yang hanya hadir setiap 5 tahun. Pesta demokrasi yang meriah dan menyenangkan.
Menyenangkan?
Yap. Sejatinya, pesta demokrasi yang hanya 5 tahun sekali ini, disambut dengan gegap gempita, penuh semangat, dan kegembiraan. Layaknya menyambut pesta ulang tahun anak, atau pesta pernikahan saudara.
Tapi, benar kah masyarakat menyambutnya dengan gembira?
Alih-alih gembira atau berbahagia, beberapa teman di timeline media sosial saya justru mengeluh
"Andai waktu bisa dimajukan 3 bulan"
Teman lain berseru
"Coba ga usah pakai kampanye-kampanye, langsung pemilu aja"
Sementara teman lain menulis
"Udah lah, pemilunya langsung sekarang aja, ga usah nunggu 2 bulan lagi"
Entah ini fenomena apa. Entah harus bergembira atau malah bersedih. Terus terang saya pun lelah dengan periode kampanye yang cukup panjang ini. Atmosfir yang terasa justru bukan pemiihan presiden. Kalau lihat jagad medsos, atau sederhananya fanpage presiden, justru lebih mirip perang ketimbang pemilu.Â