Mohon tunggu...
Prabu
Prabu Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Ngomong Indonesia Ngomong budaya Indonesia Ngomong budaya wayang Indonesia http://indonesiawayang.com https://www.facebook.com/bumiprabu https://www.facebook.com/wayangprabu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Mati Sang Tiran (4)

6 Januari 2016   13:22 Diperbarui: 6 Januari 2016   14:44 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duryudana melanjutkan dengan suara parau menahan gejolak rasa

“Oleh karenanya, kanda pamit kepadamu dinda. Ijinkanlah suamimu ini tuk maju ke medan laga. Perang pastilah menawarkan hanya dua pilihan. Menang atau menjadi pecundang, hidup atau meregang nyawa. Itu yang kanda sadari dan tentunya juga si Adi. Dinda tahu bagaimana cinta Kanda kepadamu. Dari awal kita menikah hingga kini tiada berkurang, bahkan terus bertambah dari waktu ke waktu. Cintaku buta, tidak peduli akan terpaan kejadian apapun ataupun gejolak di hatimu yang setidaknya aku ketahui”

Tidak seperti biasanya, kali ini begitu lembut Duryudana mengungkapkan hal itu. Kembali tergambar masa dimana Banuwati, sang kekasih pujaan hati, akhirnya berhasil dinikahinya meskipun dia tahu bahwa tak akan pernah mampu memiliki hati dan cintanya. Cinta kasih Banuwati telah terengkuh dibawa pergi oleh Arjuna. Duryudana sadar akan kelemahan dirinya. Namun cintanya begitu telah tertanam dan tertancap kuat dalam relung hatinya. Biarlah apa kata orang tentang istrinya ataupun sikap istrinya terhadap dirinya yang adakalanya tersirat mengungkapkan harapan sejatinya, baginya Banuwati adalah satu-satunya wanodya yang dikasihinya sepenuh hati. Tiada tergantikan. Walau bila dia mau, puluhan atau bahkan ratusan wanita yang tak kalah cantiknya mampu direngkuh tuk mendampinginya, namun tiada mampu dia melakukan itu.

Banuwati tlah memenuhi setiap sudut hatinya, tiada tersisa, tiada untuk lainnya. Dan kini saat dia harus maju sendiri ke medan perang, yang diingat hanyalah Banuwati. Keselamatan Banuwati harus tetap dijaga. Maka diperintanlah prajurit kerajaan untuk segera mengamankan Sang Ratu ketempat persembunyian. Duryudana harus yakin akan keselamatan belahan hatinya sebelum dengan sepenuh hati berperang melawan Pandawa.

Akankah kemudian kita menertawakan cintanya Duryudana itu ? Kalau saya pasti akan memilih tombol “LIKE” terhadap sosok Duryudana dalam bercinta.

(Tancep Kayon)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun