Mohon tunggu...
Prabu
Prabu Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Ngomong Indonesia Ngomong budaya Indonesia Ngomong budaya wayang Indonesia http://indonesiawayang.com https://www.facebook.com/bumiprabu https://www.facebook.com/wayangprabu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta Mati Sang Tiran (1)

5 Januari 2016   20:23 Diperbarui: 6 Januari 2016   18:18 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bukan begitu ! Kamu tadi saya kabari tentang kematian anakmu kok sama sekali tidak bereaksi. Tidak terlihat sedih sama sekali, tidak kaget, ini bagaimana maumu ?!”

“Apakah kesedihan hati itu harus selalu diperlihatkan ! Kalau seperti itu seandainya saya diperkenankan bicara, bukan salahnya Lesmana tapi salahnya Paduka !”

“Lho ... salahku yang mana .... salahku apa ?!”

“Dapat saya katakan bahwa Paduka kurang hati-hati, Sinuwun”

“Dalam perang Baratayudha ini, tidak hanya satu tugas yang Kakang jalankan. Disamping Kanda harus melindungi diri sendiri, juga Kanda harus mengatur barisan prajurit Kurawa sehingga tidak menyangka anakmu berani melangkahkan kaki menuju medan pertempuran”

“Ya lantaran Paduka memberi perintah yang tidak jelas itu maka Lesmana memaksakan diri untuk terjun dalam peperangan”

“Ya seperti itulah ..... mungkin”

“Atas dasar apa saya merasa kecewa dan menyesal ? Apabila anak itu senantiasa menurut, selalu tunduk dan patuh kepada Rama Ibunya serta mau menerima nasehat, tak akan ada rasa penyesalan ini. Namun bagaimana kenyataannya ? Sepanjang hidupnya, langkah dan tindakan Lesmana selalu memalukan dan mengecewakan. Sudah berapa kali Lesmana mau kawin namun akhirnya batal ?! Menginginkan Siti Sendari, kalah bersaing dengan Abimanyu. Akhirnya gagal, kemudian mengarahkan sasarannya kepada Pergiwa, dan meskipun sudah dibantu oleh Paduka, namun tetap saja gagal dan Gatotkacalah yang berhasil mempersunting Pergiwa. Gagal sama Pergiwa, adiknya Pergiwatipun menjadi sasaran berikutnya. Namun berakhir gagal dan gagal lagi. Sungguh memalukan mempunyai anak seperti itu, bukan ? Yang ditiru itu siapa ? Punya anak kok membuat sebel seperti itu, yang ditiru itu siapa coba ?”

Duryudana diam sejenak, wajahnya memerah menegang. Ditahan dadanya yang menggelegak dihantam kemarahan. Sebagai seorang raja besar, pemimpin negara super power Hastina, tidak pernah ada orang yang berani menentangnya apalagi memarahinya dengan kata-kata yang begitu menyakitkan. Pabila ada yang melakukan tindakan seperti itu, tentu tanpa menunggu jeda, dengan tangannya sendiri bakal dirobek mulut orang yang mencacinya itu. Namun di depannya adalah Banuwati, satu satunya istri yang dimilikinya dan satu satunya orang yang dicintai melebihi segala yang dikuasainya. Seratus saudara, jabatan penguasa Hastina, wilayah luas negara jajahan, harta melimpah, tidak sebanding dengan cintanya kepada Banuwati. Telah berulang kali hatinya disakiti, namun begitu berdekatan dan memandang wajah jelita istrinya, maka keangkuhannya luluh seketika.

Dan memang benar apa yang dikatakan istrinya itu. Apabila kemudian diingat kembali kisah masa lalu maka nasib Lesmanapun tiada beda dengan nasib dirinya sebelum berhasil memperistri Banuwati. Kebencian kepada Pandawa dan anak turunnya semakin membuncah. Ya ... rentetan kegagalan yang dialami oleh dirinya dan anaknya Lesmana, semua disebabkan oleh kekalahan dalam bersaing dengan Pandawa dan anak turunnya. Kini, dalam perang besar yang tengah dilakoninya sekarang inipun, yang dihadapinya adalah lawan yang sama ... Pandawa ... terutama Arjuna.

Namun kemarahannya mengendur sejenak setelah berfikir bahwa kematian Abimanyu akan membuat Arjuna bakal terperosok dan tersedot dalam pusaran lumpur duka ... begitupun dengan istrinya .... Banuwati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun