“Hes, tolong usahakan obat Edo dua hari lagi, ya!”
Hesty hanya mengangguk. Pelan . .. pelan sekali!
Hatinya bertambah kelu dalam perjalanan pulang.. Soal pembiayaan Edo, ia akan merelakan apa yang bisa dijual, termasuk rumah.
Rumah sedehana yang mereka miliki itu, terletak di sebuah kompleks perumahan. Selama lima tahun mereka berjuang menyisihkan sebagian besar pendapatan mereka, untuk mewujudkannya.
Semula rumah yang kini sudah cukup layak untuk dihuni itu, memang hanya bertipe T.21. Sudah berkali-kali mengalami renovasi, sehingga kamar tidurnya saja sudah berjumlah tiga. Kebetulan letak rumah itu berada di persimpangan jalan, luas tanahnya lebih besar dari yang lainnya. Tentu, harganya pun lebih mahal dari ukuran normal. Memiliki sebuah rumah yang layak, memang sudah jadi komitmen kuat mereka berdua.
Suatu malam yang hening, ketika kedua matanya sulit diajak kompromi, pikiran Hesty melalangbuana entah kemana. Lalu, sampai pada satu titik, yaitu ia harus melepas rumah, yang dengan susah payah didapatnya ini demi kesembuhan suaminya itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H