"Mas. Minta tolong berdiri, ya. Ada ibu-ibu bawa anak, nih. Mau duduk."
"Neng, bangun neng. Tidurnya ntar aja. Ada ibu hamil nih."
"Dik, dik. Berdiri dulu ya. Saya capek mau duduk."
"Bu, duduk sini saja, bu. Kasihan itu anaknya capek."
KRL adalah salah satu transportasi umum yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi kemacetan ibu kota. Dari tempat yang tadinya ditempuh dalam waktu satu jam dua puluh menit, menggunakan KRL sekarang hanya ditempuh dalam waktu dua puluh menit. Bukan karena keretanya ngebut, tapi karena jalur perlintasannya yang nggak macet.
Buat kamu para pejuang karier di ibu kota, harusnya pernah  naik KRL ini, minimal satu kali. Ketika kendaraan pribadi tidak dapat diandalkan untuk menembus kemacetan dan kemampuan parkour tidak dapat digunakan pada bangunan ibu kota, mau gak mau ya...
Naik KRL.
....
Meskipun transportasi online sudah bisa jadi pilihan untuk menerjang macetnya ibu kota, tetapi KRL tetap jadi idaman.
"Kok gitu?"
Ya, kalo menurut gue sih sederhana. Nyaman, murah, dan cepat.
Sistem perkeretaapian di ibukota memang sudah banyak menunjukkan perkembangan yang keren banget. Sistem penyeberangan, kemudahan pembayaran, dan keamanan dari tahun ke tahun telah menunjukkan perkembangannya yang amat pesat.
Eniwei,
Ketika kita memijakkan kaki di dalam KRL, mata langsung nge-scan, adakah tempat duduk kosong yang bisa diisi untuk melepas penat selepas berdiri.
Kalau nggak ada...Ya sudah, nggak apa-apa.
...
Dari sekian banyak (panjang) tempat duduk yang ada di KRL, ada satu bagian yang menyorot perhatian gue, yaitu tempat duduk yang terletak di sudut-sudut kereta api. Biasanya letaknya di dekat sambungan antar gerbong. Yap, tempat duduk prioritas.
"Prioritas? Buat pacar gue dong, dia capek, udah pucat gini...semalem habis koreksi skripsi mahasiswanya."
"Enak aja, buat emak gue lah. Emak gue lansia!"
"Mas, mending buat saya aja, saya hamil nih."
Dan akhirnya, tempat duduk tersebut ditempati oleh seorang ibu-ibu hamil yang membawa anaknya.
...
Hmm...Sebenernya, buat siapa sih tempat duduk prioritas itu?
1. Lanjut usia (Ederly passengers)
2. Wanita hamil (pregnant women)
3. Penyandang cacat (physically handicaped)
4. Ibu membawa anak (mother with infant)
Kalau dari percakapan di atas, memang benar sih yang layak mendapatkan tempat duduk tersebut adalah seorang ibu yang hamil dan sedang membawa anak. Tapi bagaimana dengan seorang ibu lansia dan wanita yang sedang pucat dan kelelahan karena (katanya) habis mengoreksi skripsi mahasiswanya semalam?
Well,
Kalo ini tergantung kitanya aja sih. Selama kita masih bisa memberikan tempat duduk untuk wanita yang lebih tua daripada kita, kenapa enggak?
Menurut gue nih ya, semua tempat duduk di dalam KRL adalah tempat duduk prioritas bagi orang-orang yang memiliki kondisi seperti di atas. Yah, meskipun (katanya) tempat duduk prioritas itu letaknya di sudut setiap gerbong.
"Trus kalau penuh gimana?"
...
Mungkin bukan cuma gue yang masih melihat kondisi di mana tempat duduk prioritas tidak diberikan untuk empat kategori yang ada di atas itu.
"Datang sebagai penumpang, lalu duduk sampai tujuan."
Padahal nggak jauh-jauh amat, cuma dua stasiun kok.
"Gak peduli amat lah sama orang, yang penting gue duduk. Mau dimintain tempat duduk? Gue tinggal pura-pura tidur aja. Udah sampai? Bangun."
...
Memang tidak menutup kemungkinan suatu saat kita akan naik KRL ini dengan kondisi yang capek dan butuh tempat duduk, tapi selama kita bisa memberi, kenapa enggak?
Gue selama tiga tahun mengenyam pendidikan di Jakarta, gue rasakan betul apa yang terjadi  di KRL ini di jam pulang kantor. Apalagi, selama tiga tahun itu, gue belum sempat merasakan kereta yang tiap 10-15 menit udah ada di tiap stasiun kayak sekarang. Waktu gue SMA dulu bisa sampe 30-45 menit, tuh. Mau tunggu kereta di selanjutnya? Ya siap-siap aja berenang di dalam lautan manusia.
Selama tiga tahun merasakan indahnya perjalanan menggunakan KRL, gue juga terlatih menjadi atlet renang di dalam kolam manusia. Enaknya kalau rame itu...
"Gak pegangan juga bisa senderan."
Tapi, enaknya bersandar di tengah lautan manusia itu tidak akan bisa dirasakan oleh orang yang masuk dalam kategori prioritas tadi.
Gimana coba?
Mungkinkah, ibu hamil tujuh bulan harus berdesak-desakan tanpa diberikan tempat duduk oleh sesama penumpang yang bisa jadi akan turun di stasiun yang sama?
Masih kuatkah lansia 77 tahun diminta untuk berdesak-desakan sambil bersesak napas ria selama empat stasiun?
Miris...
Tapi, ya mau bagaimana lagi? Itulah dinamika yang terjadi di dalam pintu KRL. Berdamai dengan hal tersebut? Harusnya sih bisa.
....
At last but not least,
Bisakah kamu melihat dirimu ketika kamu harus menjadi orang yang masuk dalam kategori prioritas?
Dan harus naik KRL pada jam sibuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H