Pada awal 1990-an, sektor keuangan di Indonesia berkembang pesat, didukung oleh deregulasi perbankan yang dilakukan oleh pemerintah sejak akhir 1980-an. Langkah ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membuka celah bagi praktik-praktik yang tidak sehat:
Pertumbuhan Pesat Bank Baru
Deregulasi memungkinkan banyak pendirian bank baru, termasuk bank-bank kecil yang dimiliki oleh kelompok bisnis swasta. Bank-bank ini sering kali tidak dikelola secara profesional dan memiliki pengawasan yang lemah.Kredit Bermasalah
Banyak bank memberikan pinjaman besar kepada perusahaan-perusahaan yang terkait dengan pemilik bank itu sendiri (praktek connected lending). Hal ini meningkatkan risiko kredit bermasalah, terutama karena proyek-proyek yang didanai tidak selalu menghasilkan keuntungan yang cukup.-
Ketergantungan pada Utang Asing
Sektor swasta dan bank di Indonesia memanfaatkan utang luar negeri dalam mata uang asing, terutama dolar AS. Pinjaman ini dianggap menarik karena suku bunga internasional yang rendah dibandingkan dengan suku bunga domestik. Namun, ini menciptakan risiko nilai tukar yang besar apabila rupiah melemah.
2. Krisis Keuangan Asia sebagai Pemicu
Krisis keuangan Asia yang dimulai di Thailand pada Juli 1997 menjadi titik awal kejatuhan lembaga-lembaga keuangan di Indonesia:
Devaluasi Baht Thailand
Krisis dimulai ketika pemerintah Thailand melepaskan nilai tukar tetap baht terhadap dolar AS. Hal ini memicu devaluasi tajam baht, menimbulkan kepanikan di pasar keuangan Asia.Efek Domino ke Indonesia
Investor asing, yang khawatir akan stabilitas negara-negara berkembang di Asia, mulai menarik dana dari pasar negara-negara seperti Indonesia. Rupiah yang sebelumnya relatif stabil terhadap dolar AS mulai melemah.Spekulasi di Pasar Valuta Asing
Tekanan spekulatif terhadap rupiah semakin besar, memaksa Bank Indonesia menghabiskan cadangan devisa untuk mempertahankan nilai tukar. Pada akhirnya, pemerintah memutuskan untuk membiarkan rupiah mengambang bebas pada Agustus 1997, yang menyebabkan depresiasi tajam.
3. Dampak pada Lembaga Keuangan
Depresiasi rupiah memiliki dampak langsung yang menghancurkan pada sektor keuangan, terutama perbankan dan perusahaan yang memiliki utang dalam dolar AS: