Mohon tunggu...
Bulan Maulida Islami
Bulan Maulida Islami Mohon Tunggu... Guru - Karyaku terbit di bahu arah mata angin selatan, dan mati sebagai mineral di bawah bumi

Dont put until tomorrow if you can do it now

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sayang, Mengapa Engkau Tak Pamit?

15 Januari 2021   11:42 Diperbarui: 15 Januari 2021   11:45 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Ayah, aku dan anak-anak Sebentar lagi sampai, aku rindu dekapanmu" 

namun ku tunggu kabar hingga saat ini kau tidak menjawab telponku, mengapa?

kau pulang kemana?

kau menemui siapa?

hingga detik ini aku menunggumu, kau tak kunjung pulang untuk memelukku .

sayang, apa kau tersesat?

Mengapa berita-berita di televisi mengabarkan kau jatuh ke dasar laut?

Mengapa kau tidak memberitahuku? , bukankah kau tak bisa berenang?

Mengapa kau melepas jaket anak-anak? mengapa kau tidak mengabariku?

kau pasti menggigil disana,

kau pasti terluka disana,

mengapa sayang?, mengapa kau tidak pulang saja kepadaku?

Aku tak berdaya, jiwaku disulut rasa cemas,

perasaanku di kutuk kebingungan, dan hatiku di gantungi rasa bersalah 

apa sungguh kau benar-benar pulang dan tidak kembali kepadaku?

apa sungguh kau terbenam dan mengalir dibawa arus waktu oleh tuhan?

apa sungguh kau benar-benar pergi tanpa pamit kepadaku?

sungguh, hancur , 

gugur badanku lemah, hatiku menahan isak dan tangis

aku terkapar tak bermarkas dan jadi bisu diinjak takdir

aku terjatuh kedalam lembah duka, " sakitt " 

hatiku robek, nyeri nya membuat jantungku melemah,

" sayang, hatiku remuk.. "

Belahan jiwaku, anak-anakku, para orang tua, dan segala penumpang yang hadir bersamamu

mengapa mereka tidak pamit kepada keluarganya?
sayang, bagaimana dengan duniamu saat ini? 

sekarang tuhan membawamu jauh dari harap hidup bersama

tikar doaku mengalami kegelisahan yang rimbun gagal kuselamatkan,

maafkan aku sayang, pulanglah pada penciptamu 

kudoakan smoga kau baik-baik saja disana, 

meski ku masih mengrahapkanmu , namun kita taakan pernah bertemu lagi,

aku akan terus berdoa, karena doalah yang mampu menemuimu yang hidup menjadi ruh dalam ukrawi,

 

Tuhan, sampaikan doa  yang rusak ini, dari hati yang patah dan mata yang basah kepada mereka yang kau ambil

katakan padanya, aku mencintanya .

izinkan aku bertemu, semenit meski lewat mimpi .

karena sungguh, aku rindu .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun