2. Mengevaluasi Konten dengan Pikiran yang KritisÂ
Literasi digital mengajarkan kita untuk berpikir kritis. Dalam era post-truth ini kita sering disajikan dengan informasi yang terlihat menarik perhatian atau menyentuh hati, namun kita tetap harus mampu untuk memilih apakah informasi tersebut masuk akal atau tidak, dan terbukti kebenarannya atau tidak. "Apakah ini sebuah opini atau fakta yang perlu dibuktikan?" atau "Apakah ada bukti yang mendukung pernyataan ini?".
Literasi digital harus ditanamkan pada masyarakat, yang berarti mengembangkan nilai skeptis terhadap infromasi yang kita temui, serta tidak menjadi apatis atau berlebihan dalam skeptisisme. Menurut pendapat Kombes Pol Chaerul Yani (2019) dalam studinya, Oleh karena itu pencegahan hoax di media sosial menjadi semakin penting, agar harmoni di sosial masyarakat di tengah kemajemukan bangsa dapat terpelihara. Hal ini patut menjadi perhatian karena penyebarluasan hoax yang massif dapat menimbulkan ketegangan dalam masyarakat, menimbulkan kebencian hingga konflik komunal disertai kekerasan. Dengan upaya ini, kita tidak mudah tertipu oleh informasi yang sengaja disebar dengan tujuan menyesatkan atau menghasut.
3. Menggunakan Alat Pengecekan Fakta
Dengan seiring perkembangan zaman, ada banyak alat yang tersedia untuk digunakan sebagai alat pengecekan fakta ketika kita ragu terhadap kebenaran suatu informasi. Kita dapat menggunakan situs seperti Snopes, TurnBackHoax, atau FactCheck.org yang dapat membantu memverifikasi pernyataan yang beredar di internet. Literasi digital mengajarkan kita untuk tidak langsung percaya atas apa yang kita lihat, melainkan mengajarkan kita untuk memeriksa kebenaran berita sebelum menerimanya atau membagikannya.
Pentingnya Pendidikan Literasi DigitalÂ
Sebagai upaya untuk mengatasi fenomena post-truth, pendidikan literasi digital harus berperan dominan dan menjadi prioritas. Di banyak negara lain, pendidikan literasi digital telah menjadi makanan sehari-hari mereka karena telah dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan dengan tujuan mengedukasi dan melatih generasi muda agar lebih berhati-hati dan bijak dalam mengolah dan mengonsumsi informasi. Sejatinya, literasi digital tidak hanya perlu diajarkan di sekolah, tetapi juga melalui edukasi secara publik dan kampanye kepada masyarakat luas.
Pendidkan literasi digital tidak hanya bermanfaat bagi kita untuk meyakinkan informasi, tetapi juga melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih bijak dalam menggunakan internet dan bertanggung jawab dalam menggunakannya. Karena dalam dunia yang serba terhubung ini, kebiasaan dan kemampuan untuk berpikir kritis sangat penting hingga perlu diasah dan dibiasakan untuk bertindak bijak dalam mengelola informasi.Â
Kesimpulan
Di ambang dearsnya arus informasi yang sulit untuk dibedakan kepastiannya antara kebenaran atau kebohongan, bergantung kepada literai digital merupakan senjata yang sangat berharga untuk bertahan di era post-truth. Dengan literasi digital, diharapkan masyarakat dpaat lebih bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakan internet, mengelola informasi, dan berpikir kritis teradap informasi apapun yang kita lihat dan ingin kita olah ataupun kita konsumsi. Berpikir kritis juga sangat penting agar tidak mudah untuk terjebak dalam hoaks atau informasi palsu. Jadilah masyarakat juga pengguna digital yang cerdas, terus meningkatkan kewaspadaan dan keterampilan untuk bertahan menghadapi tantangan infromasi yang kompleks dan menyesatkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H