Mohon tunggu...
Lana D. Wirasasmita
Lana D. Wirasasmita Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pengelana kehidupan masa lalu, kini, dan masa yang akan datang

memiliki ketertarikan pada hal ikhwal bernilai historis, termasuk seni dan budaya. Penikmat sastra dan musik klasik, penyuka barang antik namun tak hobi mengoleksinya, mendukung kearifan lokal demi tercipta harmoni semesta

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bos yang Baik Itu Telah Pergi dalam Senyap

27 Juli 2021   21:30 Diperbarui: 23 Agustus 2021   22:35 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari itu cukup cerah, matahari memancarkan sinarnya dengan indah, tidak seperti hari-hari sebelumnya dimana langit Jakarta selalu diselimuti mendung. Namun, sekitar pukul 11:00 siang, HP saya berdering, mengabarkan berita duka.

“Innalillahi wa’inailaihi roji’un”, suara Mansyah, sopir pribadi yang juga masih kerabat bapak, agak tergesa-gesa mengabarkan kabar itu. “Bapak sudah meninggal, mba Lana”. 

Minggu, 4 Juli 2021, pukul 10:30, pihak keluarga menerima kabar duka dari rumah sakit, tempat bapak dirawat selama seminggu. Pikiran saya langsung tertuju kepada ibu Rini, isteri bapak yang kondisinya juga saat itu sedang drop, memerlukan perawatan medis. 

Dalam sekejap, HP saya tak henti-hentinya berdering, baik panggilan masuk maupun WA chat yang ingin mengkonfirmasi kebenaran kabar itu. Saya bingung sesaat, memikirkan siapa yang harus saya hubungi terlebih dahulu. Semuanya serba terburu-buru, ingin mendapatkan informasi dengan cepat dan akurat, sementara pihak keluarga juga tentunya sulit dihubungi mengingat mereka harus mempersiapkan segala sesuatunya dalam waktu singkat.

Selamat jalan, pak Senang. Kami semua terkejut mendengar kabar itu. Seolah tidak percaya, dan berharap kabar yang kami terima hari itu adalah hoax. Baru kemarin rasanya saya berkomunikasi dengan bapak, namun bapak tidak sedikitpun menunjukkan sedang dalam kondisi yang “tidak baik-baik saja”. Semua kebaikan, kemurahan hati, dan petuah-petuah bapak tidak akan pernah saya lupakan.

Awal saya bertemu bapak di tahun 2011, sangat terkesan dengan sikap santun dan lembah lembut layaknya seorang bapak kepada sang anak. Sangat jauh dari bayangan saya sebelumnya, dimana karakter seorang Sumatera Utara yang sangat identik dengan sikap keras dan lugas, tanpa basa-basi. 

Tapi bapak sangat berbeda, jika boleh dibilang bapak adalah orang Sumatera Utara yang nJawani. Bapak penyuka keindahan (dalam bentuk apapun), menghargai tradisi lokal, hobi kuliner mencicipi aneka ragam jenis makanan lezat, dan travelling.

Setiap pagi, bapak selalu menyapa rekan kantor yang bapak temui dalam perjalanan menuju ke ruang kerja. Begitupun di saat pulang, bapak selalu pamit setiap melewati meja saya, “saya duluan, ya Lana”. 

Satu hal yang membuat saya terkesan, adalah walaupun tidak semua staf dapat berinteraksi langsung dengan bapak, namun ternyata diam-diam bapak memperhatikan mereka. Bapak tahu betul karakter dan kebiasaan masing-masing staf. Bapak seorang pemerhati yang sangat baik.

Pengalaman dan perjalanan hidup bapak sungguh berwarna. Mungkin inilah yang menjadikan bapak cukup bijak dalam menilai suatu kondisi. Bapak pernah bercerita kepada saya bahwa bapak pernah bekerja di kapal sebagai seorang pelaut. Bapak juga merupakan seorang mualaf sejak duduk di bangku SMP. 

Asam-garam kehidupan sudah banyak bapak rasakan. Mungkin ini jualah yang membuat salah seorang teman sangat terkesan dengan pesan yang pernah bapak sampaikan, “jika berteman janganlah pilih-pilih, bertemanlah mulai dari yang bersajadah sampai yang haram jadah”. Maka tak heran begitu banyak orang yang sayang dengan bapak, dari berbagai kalangan dan ragam profesi.

Namun, bapak sempat menyatakan kekecewaannya ketika kondisi umat Islam di Indonesia kisruh akibat suhu politik yang memanas dengan naiknya Jokowi-Ahok mempimpin Jakarta kala itu. 

Padahal, Islam yang bapak tahu adalah agama yang rahmatan lil alamin, penuh kelembutan dan kasih sayang, rahmat bagi seluruh alam. Kejadian ini seolah mengembalikan memori bapak ke masa SMP dulu, dimana bapak ingat betul dengan cara penyampaian guru agama Islam di sekolah bapak tersebut dalam menjelaskan ajaran-ajaran nabi Muhammad SAW, mengesankan bahwa Islam mengajarkan pola hubungan antar manusia yang humanis, pluralis, dan toleran, dan oleh karena itulah bapak tertarik memeluk agama Islam hingga akhir hayat.

Walau sekilas penampilan bapak nampak eksklusif, namun ternyata sikap dan hati bapak sangat membumi. Bapak juga memperhatikan dan banyak membantu “orang kecil”. 

Pesan bapak yang selalu saya ingat adalah, sesulit apapun kondisi yang kita hadapi tetaplah menjalaninya dengan penuh rasa syukur, misalnya dalam hal pekerjaan. Jika kita menerima limpahan tugas yang sangat banyak, jangan pernah merasakan hal itu sebagai suatu beban. Kita syukuri saja, karena artinya kita masih dipercaya dan dianggap mampu melakukan tugas tersebut walaupun sebenarnya itu bukanlah tugas kita, tetaplah melakukannya dengan senang hati. 

Justru menjadi alarm bahaya jika secara perlahan tugas-tugas kita malah dikurangi. Bapak memiliki perhatian yang sangat tinggi dalam pengembangan potensi masing-masing stafnya dan memberikan kesempatan kepada mereka yang dalam kesehariannya hanya berkutat di kantor mengurusi hal-hal administratif dan keuangan untuk dapat sesekali terjun langsung ke lapangan, meninjau program kerja kantor kami di berbagai pelosok daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. 

Tanggal 12 Maret adalah tanggal bersejarah buat bapak. Setiap tanggal ini saya selalu melihat bapak menerima kiriman rangkaian bunga anggrek dalam 1 pot besar, terpajang cantik di ruang kerja bapak. Jika saya tanya, bapak selalu menjawab, “dari Ibu, Lana”. Ah, manis sekali…. Ya, bapak memang pencinta anggrek. 

Bapak juga selalu merayakan hari kelahiran dengan acara syukuran berupa makan siang bersama seluruh staf di kantor. Ada menu langganan yang sangat bapak dan ibu suka, yaitu: soto kudus (paket lengkap soto kudus, nasi gandul, tahu oser serta aneka sate), dan Lembur Kuring (menu masakan khas Sunda). Memang, kalau urusan makanan, tidak diragukan lagi, bapak dan ibu jagonya. Saya banyak mendapat referensi tempat makan enak juga dari bapak dan ibu. 

Bapak sangat penyuka menu otentik Indonesia, yang penting enak, termasuk durian. Bapak adalah salah satu penggemar durian yang cukup fanatik. Hebat, seusia bapak, tidak takut makan durian dan bapak sehat-sehat saja. Urusan kopi juga bapak jagonya. Sebagai penikmat kopi, bapak tahu merk dan kedai kopi yang menyuguhkan kopi ternikmat. 

Pernah suatu ketika, bapak ke kantor membagikan kopi botolan dengan brand “Kopi Boeatan Istri”. Kami semua mencicipi kopi itu, dan rasanya pas di lidah, cukup kental, perpaduan kopi, susu, dan gulanya sangat pas, dikemas dalam botol kaca berwarna gelap sehingga terkesan eksklusif. Terima kasih ya, pak sudah berbagi rasa dengan kami melalui sebotol “Kopi Boetan Istri”, yang rasanya masih saja membekas hingga kini.

Saya ingat betul suatu hari di tahun 2015, bapak sangat bersemangat sekali menyampaikan review film India yang berjudul “PK”.  Bapak pagi-pagi datang ke kantor, dan kemudian memanggil saya, “Lana, kamu sudah nonton film PK?”, saya jawab “belum, pak”. “Kamu harus nonton, film ini bagus. Ajak teman-teman nonton bareng (nobar) ya,” pesan bapak begitu. 

Seolah tidak percaya dan untuk meyakinkan saya agar tidak salah menangkap maksud bapak tersebut, saya bertanya kembali ke bapak, “pak, apakah bapak mengundang semua staf untuk nobar? ”, dan bapak menjawab “iya”. Wow, what a surprised. Alhasil, hari itu juga, saya langsung meminta bantuan seorang teman untuk cek lokasi bioskop yang masih menayangkan film tersebut serta jam tayangnya, sementara saya mengirimkan pengumuman melalui e-mail untuk melakukan pendataan jumlah orang yang akan ikut nobar dengan bapak. 

Tetapi bapak berpesan, tidak boleh menonton film yang lain, bapak hanya mentraktir “nobar” khusus film “PK”. Setelah kami menonton film ini, barulah kami tahu mengapa bapak meminta kami semua harus menonton film ini. Film ini sarat akan filosofi dan pesan moral. Pantas saja, bapak menonton film ini sampai berkali-kali.

Acara “nobar” film PK, adalah merupakan awal mula tradisi “nobar” di kantor kami dan terus berlanjut hingga tugas bapak berakhir secara resmi pada bulan Maret 2018. Sebenarnya ada misi khusus mengapa bapak menginisiasi acara “nobar” dengan seluruh staf kantor dan menjadikan “nobar” ini menjadi tradisi tahunan. Prasyarat untuk bisa “nobar” dengan bapak adalah filmnya harus film Indonesia, bukan film Hollywood, atau film asing lainnya. Dalam hal ini, “PK” adalah pengecualian. 

Bapak pernah bilang, bahwa dengan cara ini kita turut mendukung dan memajukan perfilman Indonesia. Selain itu juga demi lebih mempererat kebersamaan diantara staf dan direksi sendiri. Acara “nobar” adalah acara santai diluar jam kantor, dan melalui cara ini diharapkan hubungan interpersonal antara staf dan direksi menjadi lebih erat, tidak hanya sebatas hubungan kerja saja. 

Sebenarnya sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia, bapak sempat meminta saya menjadwalkan acara “nobar”. Namun saat itu, belum ada film Indonesia yang menarik untuk ditonton bersama, jadi acara nobar di tahun 2019 batal, sampai pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan bapak berpulang mengahadap Sang Khalik.

Bapak adalah sosok pribadi yang humble, hangat, santun, sabar dan juga humoris. Bapak bisa sangat tegas dan disiplin, namun di saat santai bapak juga senang berkelakar. Saya tidak pernah lupa kebiasaan bapak dalam menjelaskan sesuatu hal dalam bentuk analogi, sehingga dapat dengan mudah kami pahami. Berdiskusi dengan bapak sangat seru, topik yang dibahas pun beragam, mulai dari yang sangat serius sampai yang santai, termasuk gosip artis pun bisa diperbincangkan dengan bapak. 

Bapak telah mengajarkan banyak hal kepada kami, ada saja terselip filosofi dalam setiap topik perbincangan dengan bapak, mulai dari kerendahan hati, kejujuran, ketekunan, ketangguhan, hingga bicara cinta dan kasih sayang tak luput dari perhatian bapak. Bahkan, seorang teman yang sering turun ke lapangan meninjau program kerja dengan bapak sangat terkesan dengan pesan bapak yang disampaikan kepadanya, “banyak cara manis dan humanis untuk mengajak orang lain peduli dengan apa yang kita perjuangkan”. Bapak juga seorang negosiator yang hebat, ini diakui oleh kolega-kolega yang sering mendampingi bapak dalam berbagai pertemuan multipihak.

Kami rindu sholat berjamaah diimami oleh bapak. Dalam situasi yang membuat kita panik, bapak justru dapat menunjukkan ketenangan. Bapak sudah terbiasa dikelilingi oleh orang-orang yang mengasihi dan menyayangi bapak dengan tulus. Namun di saat-saat terakhir, justru bapak harus pergi dalam senyap, tidak ada yang menemani kecuali perawat dan dokter.

Tak terasa air mata masih menitik, mengenang semua kebaikan dan kenangan indah tentang bapak selama memimpin kantor ini, yang tak bisa diurai satu persatu di sini. Masing-masing dari kami memiliki kisahnya sendiri bersama bapak. Perhatian dan kepedulian bapak secara personal sungguh membekas di hati kami. Sesuai dengan nama pemberian orang tua, bapak selalu memberikan kesenangan dan kegembiraan bagi orang-orang di sekitarnya.

Kini, Bos Yang Baik itu telah pergi, Bos Terbaik yang pernah kujumpai. Selamat jalan pak Bos…, selamat melanjutkan perjalanan berikutnya menuju alam keabadian bersama Sang Pemberi Kehidupan dan mendapatkan singgasana terbaik di sana. 

Kami semua sungguh kehilangan bapak. Walau raga bapak tidak bersama kami lagi, namun jiwa, semangat serta semua nasihat bapak akan terus terpatri dalam ingatan kami, yang terbingkai dalam suatu memoar. Teriring doa dan salam takzim dari kami, menghantarkan kepergian bapak untuk terakhir kalinya. Ada perjumpaan, pasti ada perpisahan, ada awal dan ada akhir. Kita berpisah di alam ragawi, dan sampai berjumpa kembali di jannahNya, ya Pak.

(catatan: beberapa informasi  dalam tulisan ini sengaja disamarkan, bukan data sesungguhnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun