Mohon tunggu...
Lana D. Wirasasmita
Lana D. Wirasasmita Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pengelana kehidupan masa lalu, kini, dan masa yang akan datang

memiliki ketertarikan pada hal ikhwal bernilai historis, termasuk seni dan budaya. Penikmat sastra dan musik klasik, penyuka barang antik namun tak hobi mengoleksinya, mendukung kearifan lokal demi tercipta harmoni semesta

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bos yang Baik Itu Telah Pergi dalam Senyap

27 Juli 2021   21:30 Diperbarui: 23 Agustus 2021   22:35 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, bapak sempat menyatakan kekecewaannya ketika kondisi umat Islam di Indonesia kisruh akibat suhu politik yang memanas dengan naiknya Jokowi-Ahok mempimpin Jakarta kala itu. 

Padahal, Islam yang bapak tahu adalah agama yang rahmatan lil alamin, penuh kelembutan dan kasih sayang, rahmat bagi seluruh alam. Kejadian ini seolah mengembalikan memori bapak ke masa SMP dulu, dimana bapak ingat betul dengan cara penyampaian guru agama Islam di sekolah bapak tersebut dalam menjelaskan ajaran-ajaran nabi Muhammad SAW, mengesankan bahwa Islam mengajarkan pola hubungan antar manusia yang humanis, pluralis, dan toleran, dan oleh karena itulah bapak tertarik memeluk agama Islam hingga akhir hayat.

Walau sekilas penampilan bapak nampak eksklusif, namun ternyata sikap dan hati bapak sangat membumi. Bapak juga memperhatikan dan banyak membantu “orang kecil”. 

Pesan bapak yang selalu saya ingat adalah, sesulit apapun kondisi yang kita hadapi tetaplah menjalaninya dengan penuh rasa syukur, misalnya dalam hal pekerjaan. Jika kita menerima limpahan tugas yang sangat banyak, jangan pernah merasakan hal itu sebagai suatu beban. Kita syukuri saja, karena artinya kita masih dipercaya dan dianggap mampu melakukan tugas tersebut walaupun sebenarnya itu bukanlah tugas kita, tetaplah melakukannya dengan senang hati. 

Justru menjadi alarm bahaya jika secara perlahan tugas-tugas kita malah dikurangi. Bapak memiliki perhatian yang sangat tinggi dalam pengembangan potensi masing-masing stafnya dan memberikan kesempatan kepada mereka yang dalam kesehariannya hanya berkutat di kantor mengurusi hal-hal administratif dan keuangan untuk dapat sesekali terjun langsung ke lapangan, meninjau program kerja kantor kami di berbagai pelosok daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. 

Tanggal 12 Maret adalah tanggal bersejarah buat bapak. Setiap tanggal ini saya selalu melihat bapak menerima kiriman rangkaian bunga anggrek dalam 1 pot besar, terpajang cantik di ruang kerja bapak. Jika saya tanya, bapak selalu menjawab, “dari Ibu, Lana”. Ah, manis sekali…. Ya, bapak memang pencinta anggrek. 

Bapak juga selalu merayakan hari kelahiran dengan acara syukuran berupa makan siang bersama seluruh staf di kantor. Ada menu langganan yang sangat bapak dan ibu suka, yaitu: soto kudus (paket lengkap soto kudus, nasi gandul, tahu oser serta aneka sate), dan Lembur Kuring (menu masakan khas Sunda). Memang, kalau urusan makanan, tidak diragukan lagi, bapak dan ibu jagonya. Saya banyak mendapat referensi tempat makan enak juga dari bapak dan ibu. 

Bapak sangat penyuka menu otentik Indonesia, yang penting enak, termasuk durian. Bapak adalah salah satu penggemar durian yang cukup fanatik. Hebat, seusia bapak, tidak takut makan durian dan bapak sehat-sehat saja. Urusan kopi juga bapak jagonya. Sebagai penikmat kopi, bapak tahu merk dan kedai kopi yang menyuguhkan kopi ternikmat. 

Pernah suatu ketika, bapak ke kantor membagikan kopi botolan dengan brand “Kopi Boeatan Istri”. Kami semua mencicipi kopi itu, dan rasanya pas di lidah, cukup kental, perpaduan kopi, susu, dan gulanya sangat pas, dikemas dalam botol kaca berwarna gelap sehingga terkesan eksklusif. Terima kasih ya, pak sudah berbagi rasa dengan kami melalui sebotol “Kopi Boetan Istri”, yang rasanya masih saja membekas hingga kini.

Saya ingat betul suatu hari di tahun 2015, bapak sangat bersemangat sekali menyampaikan review film India yang berjudul “PK”.  Bapak pagi-pagi datang ke kantor, dan kemudian memanggil saya, “Lana, kamu sudah nonton film PK?”, saya jawab “belum, pak”. “Kamu harus nonton, film ini bagus. Ajak teman-teman nonton bareng (nobar) ya,” pesan bapak begitu. 

Seolah tidak percaya dan untuk meyakinkan saya agar tidak salah menangkap maksud bapak tersebut, saya bertanya kembali ke bapak, “pak, apakah bapak mengundang semua staf untuk nobar? ”, dan bapak menjawab “iya”. Wow, what a surprised. Alhasil, hari itu juga, saya langsung meminta bantuan seorang teman untuk cek lokasi bioskop yang masih menayangkan film tersebut serta jam tayangnya, sementara saya mengirimkan pengumuman melalui e-mail untuk melakukan pendataan jumlah orang yang akan ikut nobar dengan bapak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun