Sedangkan aku hanya bisa menangis di hadapan dua orang yang aku sayangi dihancurkan.
"Kalau sedang nonton itu harusnya sambil minum, nona. Duduklah, jangan tiduran di lantai. Kita minum bersama melihat pemandangan yang indah."
"Diam kamu! Pergi dari sini!" Teriakku kesal sambil berusaha menolak seorang laki-laki di antara mereka membangunkanku.
Sakit ..., kesal ..., dan sedih.
Orang yang datang menyelamatku justru dihajar habis-habisan di depan mataku sendiri.
Tak mampu berdiri, aku tetap berusaha mendekati Reezky dan Silvi yang kini sama-sama berdarah dan dipermainkan mereka.
Namun bajingan di dekatku justru duduk di atas tubuhku.
Hanya rintihan tangis yang saat ini bisa aku lakukan. Sambil menunggu datangnya giliran untuk dihajar mereka, dibunuh perlahan-lahan.
"Siapa mereka?!" lelaki di sebelahku tiba-tiba berteriak dengan nada kaget.
Terlihat sebuah mobil datang mendekati kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H