Mohon tunggu...
Khoirul Muttaqin
Khoirul Muttaqin Mohon Tunggu... Wiraswasta - IG: @bukutaqin

Halo 🙌 Semoga tulisan-tulisan di sini cukup bagus untuk kamu, yaa 😘🤗

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Reezky dan Silvi

10 Juni 2022   10:00 Diperbarui: 10 Juni 2022   10:06 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pexels.com by Mart Production

"Apa Aery? Kamu bisa berkata pelan-pelan agar kami paham?"

Menyebalkan. Kenapa kalian tidak bisa memahamiku. Terlalu lama disumpal kain membuat mulut dan tenggorokan terasa sakit dan kaku. Kini air mataku bercucuran lagi.

"Tenangkan dirimu sayang, atur napasmu dulu dan buat tubuhmu pulih. Kami nanti pasti mendengarkan perkataanmu. Maaf, saat ini kami akan lebih fokus untuk hati-hati dari dua penculik yang lain sambil menunggumu pulih," kata Reezky terdengar lembut.

Apa yang dikatakan Reezky tidak salah. Lebih baik aku menenangkan diri dan mempercayakan semuanya kepada Silvi dan Reezky. Dalam bopongan mereka berdua, tubuhku masih terasa lemas meski sudah minum beberapa teguk air.

Di samping pintu rumah pada bagian dalam, terlihat seorang laki-laki dengan topi hitam tergeletak tidak berdaya. Syukurlah, ketakutanku sudah terjawab. Seperti yang dikatakan mereka berdua apabila tersisa dua penjahat saja. Kupercayakan semuanya pada kalian. Silvi, Reezky.

Masih dengan keadaan yang lemas, mereka memboncengku dengan motor. Reezky mengambil kemudi dan Silvi memegangiku dari belakang. Dalam perjalanan dengan rute yang banyak tikungan, Silvi bercerita kalau menemukan lokasiku dengan bantuan GPS yang sempat aku sambungkan dengan ponselnya. Saat itu kami menggunakannya untuk mencari lokasi tempat kos.

"Mobil! Ada suara mobil dari arah depan! Ada cahaya! Aku yakin mereka adalah dua penculik yang lain," suara Reezky terdengar panik.

"Apa yang harus kita lakukan! Di jalanan kaki gunung ini semua sisi jalan adalah hutan dan jurang yang tidak bisa diterjang."

"Tinggalkan Aery sebentar di balik pohon! Cepat! Nanti kita bantu lagi setelah penculik itu pergi! Kita menyamar menjadi warga daerah sini yang kebetulan lewat," suara Reezky tergesa-gesa.

Sedikit kasar, Silvi dan Reezky menyembunyikan tubuhku di balik pohon di pinggir jalan. "Kamu tenang saja, Aery," kata mereka sebelum meninggalkanku.

Semoga mereka baik-baik saja dan bisa membantuku keluar dari hutan terkutuk ini. Di depanku, terlihat beberapa serangga dan ulat yang membuatku semakin ngeri. Sedangkan suara motor Reezky dan Silvi semakin lama semakin jauh. Menjauh? Tunggu, bukankah suara motor mereka berbalik arah ke rumah kosong tadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun