Waktu demi waktu berlalu dan Karen telah kembali sekolah seperti biasanya. Bersamaan dengan itu pula fragmen demi fragmen terpecahkan. Karen menemukan kejanggalan demi kejanggalan mengenai peristiwa kematian Anne.Â
Ia benar-benar yakin jika Anne tidak mungkin bunyh diri. Karen yakin seseorang telah sengaja membunuhnya. Lalu dia berusaha membongkar siapa sebenarnya pembunuh Lidia Anneliese Sharai.
Gaya Penulisan
Saya akui gaya penulisan Suicide Knot terbilang renyah untuk dibaca. Penuturannya bisa mengalir pada peristiwa demi peristiwanya dan berjalan cukup halus. Bahkan saat pertama kali membacanya, tau-tau saya sudah melumat berlembar-lembar saja.Â
Mungkin karena saya dibawa suasana sehingga menikmati cerita yang diberikan. Apalagi cara Vie Asano mendeskripsikan penampilan dan peristiwa. Membuat saya bisa membayangkannya dengan baik.
Cerita yang dibawakan dengan POV orang pertama (Karen) membuat saya berdebar-debar. Seakan emosi Karen ada pada diri saya. Bahkan saya merasa jika Karen adalah saya karena tiba-tiba saya menebak siapa pembunuh Anne saat membaca buku ini.
Vie Asano selalu memberikan hal yang misterius pada akhir bab-nya. Sehingga antusias pembaca macam saya menjadi tergoda untuk tahu kelanjutan ceritanya. Apalagi akhiran bab yang diberikan tidak mengurangi adegan yang ada pada bab itu.
Meski demikian novel ini juga tak luput dari kekurangan. Mengingat apabila selera pembaca pasti berbeda-beda. Pembaca satu ingin ceritanya begini, sedangkan pembaca lainnya bisa tidak setuju.Â
Saya sendiri kurang suka dengan cara Vie Asano menjelaskan alasan Anne bunuh diri. Peristiwa itu terjadi setelah Karen mengungkap semua data-data yang telah dimiliki. Pada titik ini menurut saya cukup krusial karena mampu merusak cerita yang telah dibangun indah.
Pikiran Saya