Mohon tunggu...
Nur AE
Nur AE Mohon Tunggu... Suwasta -

Nur Ustadi meluncur dari lereng Gunung Wilis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpuasa yang Berimbas Pada Bangunan Karakter

26 Mei 2017   20:14 Diperbarui: 26 Mei 2017   20:40 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gerbang Romadhon telah terbuka, dan kita umat Islam ini adalah umat yang akan melaluinya. Mulai esok hari kita akan menjalankan salah satu agenda ibadah di bulan suci Romadhon. Agenda tersebut adalah melaksanakan ibadah puasa wajib bagi umat Islam. Dalam beribadah di bulan Romadhon tahun ini, target apa yang akan kita raih? Pengalaman apa yang harus kita dapati dari sekian hari kita laksanakan puasa nanti? Sayang seribu sayang apabila kita hanya mengalami rasa lapar dan haus tanpa memiliki iplikasi perubahan terhadap karakter diri kita. Oleh karenanya perlu ada target dari apa yang kita alami didalam ibadah puasa ini. Paling tidak ada empat hal pengalaman yang dapat memberi kontribusi terhadap perubaha karakter diri dari kualitas puasa yang kita alami. Diantaranya adalah:

Pertama, Pengendalian diri.

Puasa itu adalah merupakan latihan yang nyata agar manusia dapat menahan diri atau dapat mengendalikan diri. Hidup terkendali adalah hidup yang mampu meninggalkan larangan-larangan Allah dan mampu melaksanakan perintah Allah. Hidup seperti itu adalah hidup dengan ketakwaan kepada Allah, dan itulah tujuan melaksanakan ibadah puasa, sebagaimana firman Allah”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”,( qs AL-Baqoroh: 183)

Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa, pada bulan puasa pintu sorga dibuka, pintu neraka ditutup dan iblis serta setan dirantai atau dibelenggu. Iblis adalah kekuatan diri sendiri yang membuat orang putus asa dari rahmat Allah, sedangkan setan adalah kekuatan pada orang atau benda lain yang selalu berusaha menjauhkan diri kita dari Allah. Baik iblis maupun setan keduanya dapat dibelenggu dengan menjalankan puasa dan ketakwaan. Itulah sebabnya maka pintu sorga dengan perbuatan baik terbuka, dan pintu neraka dengan perbuatan baik tertutup dihadapan orang yang berpuasa.

Kedua, Bersyukur kepada Allah

Orang yang melaksanakan puasa dengan sungguh-sungguh, akan menambah syukurnya kepada Allah. Berpuasa itu merupakan tindakan menahan diri atau berpantang. Bukan hanya menahan diri atau mencegah makan dan minum saja, akan tetapi juga perlu merasakan lapar dan menahan lapar, perlu merasakan haus dan menahan haus.

Kelaparan dan kehausan yang membuat orang lemah yang dirasakan sejak matahari terbit sampai matahari terbenam tersebut akan berakhir pada saat berbuka puasa.

Pada saat berbuka puasa dengan diawali minum air yang manis dan segar, maka secara reflek dan rasa penuh syukur kepada Allah akan terlontar ucapan Al Hamdulillahi RRobil ‘alamin.

Pada saat berbuka puasa itu kita merasa betapa nikmat rizki dari Allah. Perasaan syukur kepada Allah dan pengakuan kita akan banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada kita tersebut, tidak sebatas pada saat berbuka puasa, tetapi rasa syukur kita kepada Allah itu harus tetap terkonsolidasikan setiap hari, bahkan setiap saat. Mungkin kelaparan dan kehausan seperti itu tidak menimpa kita disetiap hari, karena mungkin secara ekonomi kehidupan kita tercukupi.

Kenyataan ini adalah merupakan sesuatu nikmat yang harus kita syukuri, sebab dengan bersyukur maka Allah akan menambah nikmat kepada kita, sebagaimana firmanya"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS Ibrahim: 7)

Ketiga, Kepedulian sosial

Pada saat kita melaksanakan puasa, kita rasakan haus, lapar, lemas, dan sangat merindukan solusi terhadap rasa seperti itu. Bagi kita yang dalam seseharianya tidak bermasalah dengan kondisi ekonomi, dan kesehatanya, tentu perasaan lapar, haus, dan lemas hanyalah dialami pada saat berpuasa saja. Padahal dalam realita keseharia, sangat banyak orang-orang kurang mampu, fakir, miskin, orang terlantar, dan yang sedang dilanda musibah, mereka itu semua sangat membutuhkan pertolongan sehingga problem yang dialaminya terselesaikan. Dengan membaca problem kebanyakan orang semacam itu, maka akan memicu kita untuk peduli terhadap nasip orang-orang yang mengalami kesulitan dalam hidup. Allah menuduh orang-orang yang tidak peduli terhadap proble orang miskin, anak yatim dengan tuduhan sebagai pendusta agama, dan orang tersebut dianggap celaka walaupun melaksanakan sholat. Sebagaimana tersebut dalam firmanya “Taukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi maka orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang berguna”.(QS Al Maa’uun: 1-7)

Keempat, Introspeksi diri

Salah satu harapan orang yang beribadah di bulan Romadhon adalah terbebas dari dosa. Hal itu akan kita raih apabila kita melaksanakan dengan sunguh-sungguh dan konsisten terhadap informasi dari Rosululloh, sebagai mana sabdanya “Bararang siapa puasa Ramadhon karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu.(Hadits Muttafaq “Alaih).Dan juga sabdanya ”Barang siapa yang melakukan sholat malam di bulan Romadhon karena iman dan mngharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu”(Hadits Muttafaq “Alaih).

Dosa yang terhapus dengan ibadah puasa, sholat malam, membaca Al-Qur’an, dan memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa tersebut, hanyalah dosa-dosa kita kepada Allah saja. Tetapi bagaimana dengan dosa-dosa kita terhadap sesama manusia? Padahal kita menginginkan, bahwa disaat hari raya ‘Idhul Fitri nanti, diri kita bersih dari semua dosa (sesuai fitrah) baik dosa kepada Allah maupun dosa kepada sesama manusia. Maka jawabanya adala bahwa kita harus memohon ampun atas dosa dan kesalahan kita kepada sesama manusia. Maka jadikanlah bulan Romadhon ini sebagai bulan Introspeksi diri. Dengan siapa kita pernah berdosa? Kemudian diagendakan untuk meminta maaf kepada yang bersangkutan. Dengan demikian diakhir romadhon nanti kita akan terbebas dari dosa, baik dosa kepada Allah maupun dosa dengan sesama manusia. Semoga kita dapat menjalani ibadah puasa ini dengan khusuk. Amiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun