Mohon tunggu...
Nur AE
Nur AE Mohon Tunggu... Suwasta -

Nur Ustadi meluncur dari lereng Gunung Wilis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpuasa yang Berimbas Pada Bangunan Karakter

26 Mei 2017   20:14 Diperbarui: 26 Mei 2017   20:40 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada saat kita melaksanakan puasa, kita rasakan haus, lapar, lemas, dan sangat merindukan solusi terhadap rasa seperti itu. Bagi kita yang dalam seseharianya tidak bermasalah dengan kondisi ekonomi, dan kesehatanya, tentu perasaan lapar, haus, dan lemas hanyalah dialami pada saat berpuasa saja. Padahal dalam realita keseharia, sangat banyak orang-orang kurang mampu, fakir, miskin, orang terlantar, dan yang sedang dilanda musibah, mereka itu semua sangat membutuhkan pertolongan sehingga problem yang dialaminya terselesaikan. Dengan membaca problem kebanyakan orang semacam itu, maka akan memicu kita untuk peduli terhadap nasip orang-orang yang mengalami kesulitan dalam hidup. Allah menuduh orang-orang yang tidak peduli terhadap proble orang miskin, anak yatim dengan tuduhan sebagai pendusta agama, dan orang tersebut dianggap celaka walaupun melaksanakan sholat. Sebagaimana tersebut dalam firmanya “Taukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi maka orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang berguna”.(QS Al Maa’uun: 1-7)

Keempat, Introspeksi diri

Salah satu harapan orang yang beribadah di bulan Romadhon adalah terbebas dari dosa. Hal itu akan kita raih apabila kita melaksanakan dengan sunguh-sungguh dan konsisten terhadap informasi dari Rosululloh, sebagai mana sabdanya “Bararang siapa puasa Ramadhon karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu.(Hadits Muttafaq “Alaih).Dan juga sabdanya ”Barang siapa yang melakukan sholat malam di bulan Romadhon karena iman dan mngharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu”(Hadits Muttafaq “Alaih).

Dosa yang terhapus dengan ibadah puasa, sholat malam, membaca Al-Qur’an, dan memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa tersebut, hanyalah dosa-dosa kita kepada Allah saja. Tetapi bagaimana dengan dosa-dosa kita terhadap sesama manusia? Padahal kita menginginkan, bahwa disaat hari raya ‘Idhul Fitri nanti, diri kita bersih dari semua dosa (sesuai fitrah) baik dosa kepada Allah maupun dosa kepada sesama manusia. Maka jawabanya adala bahwa kita harus memohon ampun atas dosa dan kesalahan kita kepada sesama manusia. Maka jadikanlah bulan Romadhon ini sebagai bulan Introspeksi diri. Dengan siapa kita pernah berdosa? Kemudian diagendakan untuk meminta maaf kepada yang bersangkutan. Dengan demikian diakhir romadhon nanti kita akan terbebas dari dosa, baik dosa kepada Allah maupun dosa dengan sesama manusia. Semoga kita dapat menjalani ibadah puasa ini dengan khusuk. Amiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun