Mohon tunggu...
Bukan Sandiwara
Bukan Sandiwara Mohon Tunggu... -

Bukan sandiwara

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nelson Mandela dan Konflik PSSI

26 Maret 2012   06:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:28 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

"Mandela telah menghabiskan 30 tahun di dalam sel sempit ini dan dia keluar siap untuk mengampuni orang-orang yang menempatkan dia di sana," kata Pienaar saat mengunjungi lokasi penjara Mandela.

Sayang kisah 'Invictus' ini sepertinya tidak berlaku bagi PSSI di bawah kendali Djohar Arifin Husin. Rezim baru yang terbentuk melalui Kongres Luar Biasa (KLB) di Solo itu lebih mengadopsi 'The Winners Take All."

Setelah sukses menumbangkan rezmi Nurdin Halid yang berkuasa selama delapan tahun, Djohar justru fokus pada bersih-bersih produk rezim lama.
Api dendam justru lebih dominan dalam mendasari setiap keputusan Djohar dan pengurusnya dalam menentukan setiap kebijakan.

Di bawah kendali pengusaha Arifin Panigoro, rezim Djohar berusaha menyingkirikan apapun yang merupakan warisan dari pengurus lama. Mulai dari program, format kompetisi, lembaga, hingga beragam kebijakan yang dihasilkan oleh kepengurusan sebelumnya.

Baru beberapa hari setelah terpilih lewat Kongres Luar Biasa (KLB) Solo, PSSI langsung memecat pelatih timnas Alfred Riedl yang dianggap sebagai prodak rezim lama. PSSI beralasan bahwa pelatih asal Austria itu hanya menandatangani kontrak kerja secara personal dengan wakil ketua umum PSSI, Nirwan Bakrie.PSSI juga memilih untuk tidak mengakui hasil Kongres Tahunan PSSI yang digelar di Bali, Januari lalu.

Format kompetisi juga dirombak. Bila sebelumnya kompetisi level tertinggi diikuti oleh 18 tim, PSSI era Djohar berniat menambah enam tim gratisan.Langkah ini mendapat protes keras dari anggota-anggota PSSI. Bahkan beberapa orang yang sebelumnya merupakan pendukung setia Djohar kini berbalik dan memilih untuk berseberangan.Kondisi semakin tidak terkendali saat Djohar semakin untuk bertangan besi dalam menjalankan roda organisasi PSSI. Dengan bertameng kepada instruksi FIFA, PSSI mulai mengumbar sanksi.

Empat anggota komite eksekutif yang dipilih lewat KLB Solo dicopot dari jabatannya. Tonny Apriliani, Erwin Budiawan, Robertho Rouw, dan La Nyalla Mattalitti yang kerap memprotes kebijakan Djohar cs dipecat lewat majelis etik.

Resistensi terhadap kebijakan Djohar pun semakin meluas. Sebagian besar klub-klub yang berlaga di ISL memilih untuk menghidupkan kembali pengelola liga PT Liga Indonesia yang sebelumnya telah dibekukan PSSI.

Mereka menolak untuk tampil di Indonesian Premier League (IPL) yang dikelola PT Liga Prima Indonesia Sportindo (PT LPIS) yang telah dibentuk PSSI menggantikan PT Liga Indonesia. Situasi semakin tidak terkendali saat PSSI kemudian melarang pemain-pemain yang berlaga di ISL untuk membela timnas.

PSSI beralasan bahwa mereka hanya mengikuti instruksi FIFA setelah langkah rekonsiliasi yang ditawarkan kepada klub gagal total.Pelatih timnas U-23, Rahmad Darmawan memilih mengundurkan diri karena kebijakan ini. Selain merasa gagal mempersembahkan emas bagi Indonesia pada SEA Games 2011 lalu, Rahmad merasa tidak nyaman dengan kebijakan PSSI menganaktirikan pemain-pemain ISL.

"Sebagai pelatih akan sulit bagi saya untuk memilih pemain terbaik bila PSSI melarang pemain ISL masuk timnas," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun