Mohon tunggu...
Teguh Perdana
Teguh Perdana Mohon Tunggu... Editor - Menulis dan Berbagi Cerita

Berbagi Kata Berbagi Cerita

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Guyon Waton: Meromantisasi Kesedihan Melalui Nada

9 Desember 2020   09:11 Diperbarui: 9 Desember 2020   11:06 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: IDN Times

Banyak jalan untuk merayakan kembali kesedihan. Tidak harus selalu mengintip foto berdua yang telah lama disimpan rapat dalam lemari ataupun juga melewati kembali jalan yang pernah dilewati bersamanya dikala hujan mendera. Banyak sekali sekarang media lain yang kini dapat mewakilinya. Misalnya saja untuk kembali merayakan hal tersebut adalah dengan mendengarkan lagu-lagu bernuansa sedih.

Lagu-lagu bernuansa sedih, patah hati serta galau tersebut memang sangat digandrungi dua tahun belakangan ini. Bukan saja karena sang maestro Alm. Didi Kempot yang membawakanya, namun juga karena saya rasa tingkat patah hati yang kian meninggi dari tahun ke tahun. Lagu-lagu galau tersebut, bukan saja mewakili perasaan yang luluh lantah, namun juga mewakili keadaan sang pendengar yang mungkin sedang tidak baik-baik saja dan merasa seolah telah sisihkan oleh dunianya.

Bicara soal lagu-lagu bernuansa sedih, banyak kalangan --yang mungkin saya pribadi juga-- kerap berlangganan dengan Guyon Waton. Band asal Yogyakarta yang telah berdiri sejak tahun 2015 ini bukan saja tepat dalam pemilihan kata dan penyatuan nada, namun juga mampu menjadi wali atas perasaan yang diluluhlantakan. Ditambah lagi suara mas Faisal sang vokalis yang lembut dan mendayu, membuat rasa untuk menangis akibat mengingat kenangan yang telah lalu kembali membuncah.

Misalnya saja dalam lagu "Takkan Kembali" yang dirilis pada tahun 2018. Meskipun kata-katanya sederhana, namun pesan yang ingin disampaikan amat mendalam dan dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat semua golongan, baik itu mahasiswa atau kelas pekerja dari Sabang hingga Marauke.

"Setelah kau pergi tinggalkan diriku

Kuberteman dalam sepi

Setelah kau pergi tinggalkan diriku

Di sini kumenunggumu

Kurindukan senyumanmu

Kurindukan canda tawamu"

Selain sederhana dan sarat pesan yang tersirat, hal lain yang amat saya sukai dari lagu Guyon Waton adalah lagu-lagunya yang menggambarkan secara tepat realitas percintaan. Misalnya saja lagu "Ajur Mumur" yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti hancur lebur.

"Nangis pilu garing banyu motoku

Kelingan esemu gawe ku bertahan

Nanging perih merelakan cinta ini

Ajur mumur uripku nyanding karo sliramu

Terus ngulayani atiku sing suci

Ku bertahan tetep tak lakoni

Kowe milih kae ngingkari janjimu

Aku ngerti cintamu palsu"

Lagu yang baru dirilis pada Mei 2020 itu juga buka saja menjadi pengantar menangis yang paripurna, tapi juga menjadi tamparan keras terhadap diri seseorang "Apakah benar cinta ini tepat untuknya?"

Begitu pula dengan lagu "Korban Janji". Nada, lirik, serta video clip seolah memberikan pesan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang amat dinamis. Mahluk yang mungkin pada hari ini bisa memberi satu janji yang amat memukau, namun pada hari berikutnya, janji tersebut hanyalah sebuah ucapan yang tidak berarti sedikitpun.

"Abot tak trimo ikhlas legawa

Sing tak arep kowe ra disio-sio

Ben cukup meng aku korban janji manismu

Udan bledek kang dadi saksiku"

Masih pada lagu yang sama, pesan lain yang saya terima bahwa keegoisan adalah hal menetap pada jiwa manusia. Sifat yang mendasari kesewang-wenangan terhadap perasaan orang lain.

"Tanpo welas koe lungo biyen kae

Ra ono mesakne aku sitik wae

Ngaboti tresno anyarmu lalu kau tinggalkan aku

Tersakiti sendiri di malan itu"

Lebih lanjut, lagu-lagu Guyon Waton yang lain juga adalah media tempat bertemu masa lalu dan media pelepas rindu paling tepat. Misalnya saja seperti lagu Ninggal Cerita yang berlatar di Purwokerto ataupun Lungaku yang berlatar di Pantai Ngrumput.

Selain itu, lagu-lagunya pun mengajarkan pada banyak kalangan untuk selalu tegar dalam menghadapi perpisahan dengan orang yang paling kita kasihi. Karena pada dasarnya, seperti apa yang diungkapkan oleh Sudjiwo Tedjo bahwa "Sekuat apapun kau menjaga, yang pergi akan tetap pergi. Sekuat apapun kau menolak, yang datang akan tetap datang".

Hingga pada ahirnya, Guyon Waton bukan saja sebagai band galau yang terus meningkat pamornya, lebih dari itu, dia kini telah menjelma menjadi wali perasaan bagi orang-orang yang ditinggalkan dan dipatahkan hatinya oleh dunia yang selama ini ditinggali dan dirawatnya dengan penuh kasih dan cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun