"Selain merekondisi monumen, saya melaporkan ke Polda Jatim. Setelah mendapat izin kami langsung bergerak menggandeng sejarawan, pustakawan, dan masyarakat sekitar untuk menggali informasi," jelas Budi.
Katjoeng Permadi adalah warga Pujon yang baru saja menikah ketika perang berkobar. Pada masa itu, Belanda sering bertindak kasar terhadap warga lokal. Katjoeng diberi tugas untuk menjaga garis demarkasi yang dikenal sebagai Garis Van Mook hasil perjanjian Renville. Polisi berada di garis depan, berhadapan langsung dengan wilayah Belanda di Kota Batu selama agresi Belanda ke-II.
Pada 18 Desember 1948, Belanda mengirim telegram yang menyatakan bahwa mereka tidak lagi terikat dengan perjanjian Renville. Keesokan harinya, Belanda mulai bergerak maju dari Batu menuju Pujon, dipimpin oleh Kapten Bosch, dengan target Pusat Pembangkit Tenaga Listrik Mendalan di Kasembon. Dalam serangan ini, pos status quo yang dijaga Katjoeng Permadi diserang oleh Belanda yang memiliki persenjataan lebih unggul. Dalam pertempuran tersebut, Katjoeng tewas setelah dadanya tertembus peluru, bersama dengan rekannya Sujadi. Mereka gugur demi mempertahankan wilayah NKRI, meninggalkan istrinya yang baru menikah dalam kesedihan mendalam.
Perayaan HUT Brimob kali ini berbeda dari biasanya yang cenderung diisi dengan perlombaan. Acara juga menampilkan drama yang mengisahkan pertempuran Katjoeng Permadi melawan Belanda, sebagai bentuk penghormatan dan pengenalan sejarah kepada generasi penerus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H