Jan banyak memberikan insight baru, menambah informasi yang telah diberikan oleh Pak Boy. Misalnya seperti bahwa Cornelis saat itu, 'pindah' ke Depok, karena sebetulnya itu merupakan salah satu bentuk protes Cornelis yang tidak sepenuhnya setuju dengan kebijakan VOC pada saat itu. Jan juga menceritakan tentang asal muasal munculnya istilah 'Belanda Depok' (yang sebetulnya sebutan ini bernuansa sindiran), dahulu disebutnya dengan Amsterdam Depok, kisah dramatis mengenai Tugu Depok -- dimana Tugu Depok yang ada sekarang ini bukanlah yang asli, beserta sebab-sebab mengapa dihancurkan, dan lain sebagainya.
Pada kesempatan bertanya dengan pak Boy saat itu, dan melihat bahwa masih banyak informasi tentang sejarah Kota Depok yang belum terkuak ke permukaan, saya menyarankan kepada beliau agar dapat memanfaatkan adanya Kementerian baru di era Prabowo ini, yaitu Kementerian Kebudayaan, dimana Menterinya adalah Dr. Fadli Zon, yaitu dengan pak Boy -- melalui Yayasan LCCnya menyurat lagi tentang perlunya mendudukkan sejarah Kota Depok pada tempatnya lagi, lebih digali lagi dan lebih dijaga lagi peninggalan-peninggalan bersejarah Kota Depok.
Sementara di acara presentasi pak Jan, saya sempat menanyakan tentang apa strategi beliau melihat sejarah Kota Depok dan peran Cornelis Chastelein yang belum terlalu jelas terungkap ke publik ini (bahkan kepada pemerintah Pusat dan Daerah sekalipun). Jawaban Jan adalah bahwa secara jujur, ia tidak punya strategi tertentu melihat situasi dan kondisi yang seperti ini. Walaupun beliau memiliki keinginan yang besar untuk dapat sejarah Kota Depok ini dapat terungkap dan tersebar luas ke masyarakat luas, terutama mereka para warga Depok. Karena ia yakin banyak sekali warga Depok saat ini, yang tinggal di Depok, yang belum mengetahui sejarah Kota Depok. Yang Jan akan lakukan (dan sudah dilakukan) adalah mengumpulkan segala informasi terkait Depok dan menuliskannya ke dalam sebuah buku -- sejauh ini sudah melahirkan dua buah buku. Ia berharap buku itu dapat berkontribusi bagi terbukanya informasi sejarah Kota Depok secara luas.
Ketika saya informasikan bahwa saya adalah bagian dari Blogger Kompasiana, dan bahkan saat bertemu pak Boy juga dalam rangka kegiatan yang diadakan oleh para Blogger Kompasiana (Komunitas Click Kompasiana) pak Jan sangat tertarik dan berharap bahwa para blogger juga yang 'concern' dengan sejarah Kota Depok dapat menyebarluaskan informasi tentang sejarah Kota Depok ini kepada masyarakat luas. Ia juga berharap bahwa sebagai salah satu 'warga Depok' yang tinggal di Belanda (begitu ia menyebut dirinya), ia berharap Yayasan LCC dapat pula terus melakukan penyebarluasan informasi-informasi tentang sejarah Kota Depok ini.
Melihat kondisi seperti di atas, menurut hemat saya, sudah pula sepantasnya di Kota Depok, di sekolah-sekolahnya, perlu diberi kurikulum khusus muatan lokal yang berisi tentang sejarah Kota Depok. Tentang materi pembelajarannya, Pemerintah Kota Depok dapat bekerja sama dengan Yayasan LCC. Hal ini dapat terwujud bila PemKot Depok memiliki itikad yang kuat untuk melihat sejarah masa lalu Kota Depok yang tentunya memiliki benang merah dengan Kota Depok di masa kini dan masa yang akan datang.
Semoga.