Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjelajah Perawatan Kereta Api di Depo Depok sambil Menguak Sejarah yang Menyelimuti Kota Depok

4 November 2024   08:11 Diperbarui: 5 November 2024   06:58 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jan banyak memberikan insight baru, menambah informasi yang telah diberikan oleh Pak Boy. Misalnya seperti bahwa Cornelis saat itu, 'pindah' ke Depok, karena sebetulnya itu merupakan salah satu bentuk protes Cornelis yang tidak sepenuhnya setuju dengan kebijakan VOC pada saat itu. Jan juga menceritakan tentang asal muasal munculnya istilah 'Belanda Depok' (yang sebetulnya sebutan ini bernuansa sindiran), dahulu disebutnya dengan Amsterdam Depok, kisah dramatis mengenai Tugu Depok -- dimana Tugu Depok yang ada sekarang ini bukanlah yang asli, beserta sebab-sebab mengapa dihancurkan, dan lain sebagainya.

Pada kesempatan bertanya dengan pak Boy saat itu, dan melihat bahwa masih banyak informasi tentang sejarah Kota Depok yang belum terkuak ke permukaan, saya menyarankan kepada beliau agar dapat memanfaatkan adanya Kementerian baru di era Prabowo ini, yaitu Kementerian Kebudayaan, dimana Menterinya adalah Dr. Fadli Zon, yaitu dengan pak Boy -- melalui Yayasan LCCnya menyurat lagi tentang perlunya mendudukkan sejarah Kota Depok pada tempatnya lagi, lebih digali lagi dan lebih dijaga lagi peninggalan-peninggalan bersejarah Kota Depok.

Sementara di acara presentasi pak Jan, saya sempat menanyakan tentang apa strategi beliau melihat sejarah Kota Depok dan peran Cornelis Chastelein yang belum terlalu jelas terungkap ke publik ini (bahkan kepada pemerintah Pusat dan Daerah sekalipun). Jawaban Jan adalah bahwa secara jujur, ia tidak punya strategi tertentu melihat situasi dan kondisi yang seperti ini. Walaupun beliau memiliki keinginan yang besar untuk dapat sejarah Kota Depok ini dapat terungkap dan tersebar luas ke masyarakat luas, terutama mereka para warga Depok. Karena ia yakin banyak sekali warga Depok saat ini, yang tinggal di Depok, yang belum mengetahui sejarah Kota Depok. Yang Jan akan lakukan (dan sudah dilakukan) adalah mengumpulkan segala informasi terkait Depok dan menuliskannya ke dalam sebuah buku -- sejauh ini sudah melahirkan dua buah buku. Ia berharap buku itu dapat berkontribusi bagi terbukanya informasi sejarah Kota Depok secara luas.

Ketika saya informasikan bahwa saya adalah bagian dari Blogger Kompasiana, dan bahkan saat bertemu pak Boy juga dalam rangka kegiatan yang diadakan oleh para Blogger Kompasiana (Komunitas Click Kompasiana) pak Jan sangat tertarik dan berharap bahwa para blogger juga yang 'concern' dengan sejarah Kota Depok dapat menyebarluaskan informasi tentang sejarah Kota Depok ini kepada masyarakat luas. Ia juga berharap bahwa sebagai salah satu 'warga Depok' yang tinggal di Belanda (begitu ia menyebut dirinya), ia berharap Yayasan LCC dapat pula terus melakukan penyebarluasan informasi-informasi tentang sejarah Kota Depok ini.

Melihat kondisi seperti di atas, menurut hemat saya, sudah pula sepantasnya di Kota Depok, di sekolah-sekolahnya, perlu diberi kurikulum khusus muatan lokal yang berisi tentang sejarah Kota Depok. Tentang materi pembelajarannya, Pemerintah Kota Depok dapat bekerja sama dengan Yayasan LCC. Hal ini dapat terwujud bila PemKot Depok memiliki itikad yang kuat untuk melihat sejarah masa lalu Kota Depok yang tentunya memiliki benang merah dengan Kota Depok di masa kini dan masa yang akan datang.  

Semoga.

Buku tentang masa lalu Depok (sumber: dok pribadi)
Buku tentang masa lalu Depok (sumber: dok pribadi)

Tanda tangan penulis buku, yg sedang berada di Indonesia (dari Belanda) dan dapat bertemu langsung  (sumber: dok pribadi)
Tanda tangan penulis buku, yg sedang berada di Indonesia (dari Belanda) dan dapat bertemu langsung  (sumber: dok pribadi)

Pak Boy Loen - ditengah-tengah - nara sumber heritage Depok (sumber: dok pribadi)
Pak Boy Loen - ditengah-tengah - nara sumber heritage Depok (sumber: dok pribadi)

Rumah alm Presiden Depok kelima di jl. Pemuda, Depok (sumber: dok pribadi)
Rumah alm Presiden Depok kelima di jl. Pemuda, Depok (sumber: dok pribadi)

Cornelis Koffie, di Jl Pemuda Kota Depok, milik salah satu keturunan Presiden Depok kelima (sumber: dok pribadi)
Cornelis Koffie, di Jl Pemuda Kota Depok, milik salah satu keturunan Presiden Depok kelima (sumber: dok pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun