Sambil persiapan, pak Tikno menanyakan ke saya apakah saya saat akan diurut ini sedang berkonsultasi dengan dokter? Saya jawab iya. Pak Tikno lalu memberikan pertanyaan, apakah saya bersedia bila berobat dengan dia itu, saya tidak berhubungan ataupun periksa ke dokter.
Mulanya agak bingung mau menjawabnya bagaimana, karena belum ada pengalaman merespon pertanyaan seperti ini. Tapi karena sedang perlu berobat dengan pak Tikno, permintaannya untuk tidak berhubungan ataupun tidak terapi ke dokter saya iyakan.
"bener ya nak Randy tidak akan pergi ke dokter selama berobat dengan saya?" begitu tanya pak Tikno kepada saya yang sudah dalam posisi siap menerima terapi urut pak Tikno.
"Iya pak bener, saya memang sudah memantapkan diri untuk berobat ke pak Tikno." Pak Tiknopun tersenyum mendengar jawaban saya itu.
Diurutnya dalam posisi pasien duduk bersila. Posisi pak Tikno saat mengurut, berada di belakang pasien.
Saat awal-awal diurut, saya tidak merasakan hal aneh. Tapi mengapa semakin lama, ada semacam bisikan ke saya untuk coba tengok ke belakang. Begitu bisikan itu datang berkali-kali. Akhirnya, menghilangkan penasaran, sayapun menengok ke belakang.
Ternyata, saat saya melirik ke arah belakang punggung, jederrrr... kaget bener. Di belakang saya pak Tikno sedang mengurut punggung saya, dan tahu nggak, di belakang pak Tikno duduk sesosok makhluk bertubuh besar, menyeramkan, berbulu kasar kecoklatan. Mirip ijuk hanya berwarna coklat. Itulah sosok GENDERUWO.
Ternyata pak Tikno 'nyambat' (nyambat = meminjam) tenaga genderuwo ini saat mengurut ataupun memijat pasien-pasiennya.
Nggak lagi-lagi. Nggak lagi-lagi. Cukup sekali itu saja. Kapok deh.
Imran, sorry ya, gue nggak akan berlangganan urut genderuwo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H