Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PT. KAI di-habis Gelap Terbitlah Terang-kan oleh Jonan

21 Agustus 2023   19:35 Diperbarui: 21 Agustus 2023   21:33 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api Commuter Line dulu dan sekarang (sumber: kaskus)

Anda yang sekitar tahun 1985 - 1986 sudah lalu lalang naik kereta api Jakarta Bogor yang sekarang disebut dengan Commuter Line atau sering disingkat dengan CL saja, dan sekarang masih suka menikmati perjalanan dengan CL ini pasti merasakan perbedaan yang luar biasa di dunia perkeretaapian di Indonesia, khususnya CL ini. Dari mulai penggantian rel: dari jalur tunggal ke jalur ganda, tiket CL dari bentuk karton ke bentuk elektronik, penertiban pedagang kaki lima di atas CL, dan lain sebagainya.

Dan itu hanya terjadi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, saat menterinya adalah Dr. (H.C.) Ignasius Jonan, S.E., M.A. Bagi saya dan banyak pengguna (atau lebih tepat dapat disebut dengan penikmat) Kereta Api, dan menikmatinya sejak zaman baheula dan kemudian lalu membandingkannya dengan perkeretaapian Indonesia di jaman kiwari, pasti merasakan perubahannya yang luar biasa, jadi semakin baik dan baik terus. Dan menurut saya (dan saya yakin pula akan banyak yang meng-amin-i hal ini) sekali lagi, karena ada sosok Jonan di belakangnya. He is the real transformer di dunia perkeretaapian di Indonesia, dia pahlawannya. Jonan, dengan segala idenya, dengan segala perubahan-perubahan yang telah dilakukannya (dan dilanjutkan oleh penggantinya) memperlihatkan perubahan-perubahan dari gelapnya kereta api Indonesia di masa lalu menjadi terang-benderang.

Di tahun 1985-an itu, tidak menyangka bahwa kereta api Indonesia bisa berubah sedrastis ini. Sama juteknya saya saat itu ngga akan menyangka juga bahwa orde baru yang sangat kuat bin kuat itu akhirnya bisa ditumbangkan. Saya kira akan permanen, akan abadi, tapi ternyata tidak. Di dunia perkeretaapian Indonesia, seorang Jonan dapat membuktikan hal ini.

Apa saja sih yang di-transform-kan oleh Jonan beserta jajarannya di PT. KAI?

Saya mencoba mengingat-ingat pengalaman naik kereta api di masa lalu -- sebelum disebut CL (mulai 1985-an) saat saya masih kuliah dan setelah kemudian menjadi CL di masa-masa sekarang ini. Beberapa yang saya ingat saya alami dan rasakan, saya tuliskan dalam bentuk pointers di bawah ini.

1. Kereta api satu jalur dan penumpang di atas gerbong

2. Pedagang asongan dan ticket checkers

3. Stasiun yang semrawut dan toilet

4. Presisi dan kejelasan informasi

5. Kenyamanan  

Kereta api satu jalur dan penumpang di atas gerbong

Kondisi dulu: Di tahun-tahun itu saat saya masih kuliah, saya perlu melakukan praktik lapang di KRB (Kebun Raya Bogor), untuk mata kuliah STT (Sistematika Tumbuhan Tingkat Tinggi). Selama satu semester minimal seminggu sekali saya ke KRB, dan karena itulah saya naik kereta api ke Bogor, dan disitulah 'romantisme' naik CL masa itu saya rasakan.

Yang pertama memang lamanya waktu tempuh antara Jakarta ke Bogor ini, maklum saja, rel keretanya hanya satu, sehingga harus dipakai bergantian antara kereta yang mau lewat. Biasanya kereta yang belum dapat giliran akan menunggu di stasiun sebelumnya. Kebayang kan lamanya naik CL waktu itu. Ditambah lagi, di masa itu, nggak ada tuh yang Namanya 'tepat waktu', bablas semua jadwal yang tertulis di papan. Kita semua penumpang, hanya bisa 'pasrah bongko'an' saja. Kata orang Jakarte sih,"bongkok-bongkok deh lo sono...." Yang intinya sekedar menggambarkan, bahwa kita nih, para penumpang, nggak bisa apa-apa dengan kondisi per-CL-an itu, terima saja apa adanya, pasrah saja.

Belum lagi penumpangnya, wuih, berjubel bener, maklum saja kan karena tarif murah, ya mau nggak mau deh. Berjejal-jejal, sampai Sebagian memilih naik ke atas gerbong kereta api. Dan ternyata, peminat yang naik di atas gerbong itu banyak lho. Enak katanya, walau banyak penumpang barengan di atas gerbong, banyak juga angin yang didapatnya... jelas atuh ya. Terakhir-terakhir dipasang besi penghalang supaya penumpang tidak naik ke atas gerbong... tapi tetep saja sih.

Kondisi sekarang: keretanya sudah dua jalur. Keberangkatan diatur sekitar setiap 15 menit. Penumpang masih terlihat padatterutama di jam orang-orang (commuter) pergi dan pulang ke dan dari tempat kerjanya , tapi nggak sampai tumpah ruah ke atas gerbong. Karena pintu kereta harus dalam keadaan tertutup. Kalau pintu kereta nggak tertutup, keretanya nggak akan jalan. Lumayan walau berdesakan, ada AC di setiap gerbongnya. 

Pedagang Asongan dan Ticket Checkers

Kondisi dulu: Dulu pedagang asongan boleh masuk ke dalam kereta. Dia akan berjalan dari gerbong depan sampai gerbong belakang, demikian seterusnya bolak-balik. Walau kereta penuh juga tetap saja dia berusaha nelisep masuk diantara penumpang. Macam-macam penjual ada di kereta. Penjual koran, asesoris rambut Wanita, buku, hingga buah. Pedagang buah yang suka makan tempat nih, kan dia jualannya sambil bawa keranjang buah yang pikulan itu. Dua keranjang seorang, kebayang deh sempitnya itu gerbong. Yang lucu, pedagang buah ini jual di awal dia naik, misalnya buah jambu klutuk/jambu biji 10 ribu untuk sepuluh buah. Nanti menjelang dia turun di stasiun terakhir, dia menawarkan 10 ribu untuk dua belas buah. Jadi yang sudah beli di awal kadang jengkel mendengarkannya,"tadi si abang nawarinnya ga segitu, sekarang berubah." Si penjual dengan enteng menjawab,"yah bu, Namanya juga usahe hehehe."

Bentuk karcis atau tiket kereta apinya juga lucu. Mirip kartu domino, terbuat dari karton. Jadi ada nanti petugas yang memeriksa tiket (ticket chekers) yang kita sebut dengan petugas cetek-cetek, karena si petugas membawa alat untuk melubangi si tiket tadi. Yang sudah dilubangi berarti tiketnya sudah diperiksa oleh petugas. Nah dalam kesempatan ini, walau peraturannya yang tidak membawa tiket akan dedenda, tetapi pada kenyataannya, saking penuhnya penumpang, banyak juga penumpang yang nggak beli tiket. Kalau ketangkep petugas, ya mereka baru bayar tiketnya, kalau nggak ketahuan, s 'selamet' deh mereka naik kereta nggak bayar tiket. Kadang ada pemeriksaan, kalau begini, si petugas didampingi apparat keamanan. Yang kedapatan naik kereta nggak bawa tiket, kena denda. Yah begitulah.

Kondisi sekarang:  Tidak ada penjual asongan lagi. Pedagang di sekitar stasiun pun ditertibkan, sejalan dengan penertiban stasiunnya. Pedagang asongan hanya boleh berjualan di luar wilayah stasiun. Karena rupanya, konon kios-kios yang ada di dalam stasiun itu memang disewakan kepada para penyewa yang mau berjualan, tetapi uang sewanya tidak lari ke PT. KAI, tetapi lari ke oknumnya.  Dan penggantian sistem ini mendapat tentangan dari para penyewa kios sebelumnya (informasi tentang pembongkaran kios-kios ada di sini

Sekarang, yang tidak memiliki tiket tidak dapat naik ke CL, karena ada pagar yang menyeleksi penumpang bertiket. Anak-anakpun dengan tinggi badan di atas 90 cm, wajib memiliki tiket, sehingga anak-anak perlu mengukur tinggi badannya dulu sebelum memutuskan membeli tiket atau tidak. Daripada kena tegur petugas nantinya. Dengan kondisi ini tidak diperlukan lagi petugas untuk memeriksa tiket di atas kereta, karena semua penumpang kereta dapat dipastikan sudah membeli tiket CL.

Stasiun yang semrawut dan toilet

Kondisi dulu: Dikira tadinya, kondisi ini ga akan berubah hingga berabad-abad ke depan. Tapi dengan tangan dingin Jonan, semua dapat ditertibkan dan ditingkatkan kualitasnya. Kalau dulu, wilayah PT. KAI, kita kira hanya sekitar stasiun saja, di luar itu bukan, karena yang coba dimaksimalkan hanya di sekitar stasiun saja. Itupun yah seperti itu saja. Kotor dan tidak terawat itu pasti. Toilet? Kadang ditemui dengan air yang tidak mengalir. Jadi mencari toilet, cukup dengan hidung saja, karena 'wanginya' semerbak beredar.

Kondisi sekarang: Tidak seperti dulu, sekarang kondisi stasiun ada keseragaman ala PT. KAI. Renovasi besar-besaran dilakukan oleh Jonan, tidak hanya di stasiun, tapi hingga di luar stasiun. Pokoknya, sepanjang itu lahan PT. KAI, dijaga kerapihannya. Jadi kalau kita naik CL akan terlihat bagaimana situasi di luar stasiun (sepanjang jalan CL) dan di kawasan Stasiun. Ada taman, ada sentuhan artistik, termasuk penataan toiletnya. Sekarang sangat standar di setiap stasiun dan mudah dijangkau yaitu toilet dan musala. Petugas kebersihanpun terlihat melakukan pekerjaannya beberapa kali, menjaga kebersihannya.

Presisi dan kejelasan informasi

Kalau dulu: Kedatangan kereta diinformasikan ke calon penumpang, tapi itu sudah tidak sesuai dengan jadwal yang diinformasikan sebelumnya. Ditambah lagi, kalau sudah di dalam kereta, kita buta akan informasi, karena tidak ada pengumuman di dalam kereta kita sudah sampai stasiun mana, stasiun apa yang baru kita tinggalkan dan informasi-informasi lainnya -- seperti aturan-aturan standar bagi penumpang yang akan naik CL. Kalau kita bingung, biasanya kita tanya ke sesama penumpang, "habis ini stasiun apa ya?" dan biasanya ada saja penumpang yang hapal stasiun yang akan disinggahi si CL. Biasanya dia juga akan bertanya lanjut,"emang mau turun dimane? Ntar saya kasih tauk." Begitu serunya naik CL ya. Tapi ......

Kondisi sekarang: kita tahu dan jelas tentang kedatangan kereta, karena ada penampang digital yang menginformasikan hal itu. Kitapun tahu kereta yang akan kita naiki sekarang ini posisinya ada di mana. Juga tentang keberangkatan dan kedatangan kereta, lumayan tepat waktu. Kalau ada keterlambatan ataupun halangan, akan ada informasinya secara jelas, baik di dalam gerbong, ataupun di stasiun.  Untuk CL, biasanya setiap 15 menit ada pemberangkatan CL sehingga penumpang dimudahkan bila ingin bepergian dengan CL. Tidak takut ketinggalan kereta, karena ada kereta lagi di jadwal berikutnya yang tidak terlalu lama. Kecuali mereka yang memang dengan jadwal yang ketat, harus mengikuti jadwal kereta, supaya tidak terlambat sampai di tujuan.

Kenyamanan

Secara umum, mulai pak Jonan menjadi nahkoda, banyak perubahan-perubahan yang dilakukan. PT. KAI berbenah di bawah pak Jonan. PT. KAI, melakukan transformasi secara besar-besaran. Di bawah pak Joko Widodo, Ignasius Jonan, yang lulusan Universitas Airlangga, menjadi Direktur Utama PT. KAI (Kereta Api Indonesia) ke-22 dari tahun 2009 s.d. tahun 2014. Jonan kemudian digantikan oleh Edi Sukmoro. Sementara itu, Jonan, yang juga lulusan pasca dari Tufts University, dipercaya menjadi Menteri Perhubungan Indonesia ke-36 dari mulai tahun 2014 s.d. tahun 2016. Setelah itu, Jonanpun dipercaya menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia ke-17, dari mulai tahun 2016 s.d. tahun 2019.

Kenyamanan memang menjadi prioritas utamanya dalam men-transformasi PT. KAI. Yang menjadi sasarannya adalah bukan hanya kenyamanan para penumpang atau pengguna kereta api saja, melainkan, Jonan memperhatikan kenyamanan para karyawan PT. KAI, di semua lini. Mulai dari menaikkan gaji dan tunjangan karyawannya -- yang diminta agar output kerjanya senilai dengan penghasilannya itu -- sebagai timbal baliknya, menyekolahkan mereka ke luar negeri, bukan hanya di level eksekutif bahkan hingga tingkat operator. Dan hal ini terbukti bahwa ada rasa kebanggaan pada para karyawannya, perasaan merasa dihargai yang berdampak kepada peningkatan etos kerjanya.

Pak Jonan kedapatan tidur di dalam gerbong PT. KAI, saking capeknya (Sumber: Katadata)
Pak Jonan kedapatan tidur di dalam gerbong PT. KAI, saking capeknya (Sumber: Katadata)

Para penumpang, saya sangat mengakui ini, merasakan perubahan yang terjadi di PT. KAI betul-betul terasa manfaatnya. Mereka yang tidak mengalami bagaimana CL berubah hingga sampai kepada titik yang sekarang ini, tentuk tidak akan terlalu mengapresiasi perubahan yang terjadi. Tetapi tidak demikian bagi yang mengikuti/mengalaminya.

Bravo pak Jonan. Semoga perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan terus menerus dilakukan kearah yang lebih baik lagi oleh penerus-penerus pak Jonan. Semoga.

 Label: #clickompasiana #pahlawanperkeretaapian 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun