Nah yang asyik dan seru lagi dari cucurak ini adalah cara makannya. Kalau tempatnya tidak ada halaman luas, biasanya semua makanan diletakkan di atas meja seperti biasa lalu nanti para tamu mengambil makanan yang sudah dihidangkan di atas meja. Tetapi aslinya, cucurak itu adalah makan bersama di lantai beralaskan daun pisang.
Semua makanan diletakkan dan dibagikan di atas daun pisang secara merata, lalu para tamu duduk saling berhadapan dan memakan yang ada di hadapannya. Disinilah asyiknya, disinilah serunya.
Sambil makan sambil bercerita apa saja diantara yang hadir. Sehingga acara makan bersama menjadi sangat menyenangkan dan menggembirakan, dan tentu saja mengenyangkan.
Sudah terbayang belum keasyikannya makan dengan gaya cucurak ini? Maklumlah, makan bersama beralaskan daun pisang duduk di lantai berkeliling berhadap-hadapan ini memang sudah dari 'sono'nya begitu.
Dari dulunya, culture makan cucurak ya seperti itu. Karena cucurak berasal dari tradisi masyarakat Sunda yang dimasanya dahulu, mereka (para petani) yang pulang dari berladang lalu melakukan kegiatan makan bersama dan gaya dan cara makannya seperti ini, beralaskan daun pisang. Yang menjadi ciri khas dari cucurak juga adalah nasinya dimasak dengan cara diliwet lalu di dalam liwetannya dimasukkan ikan asin. Sambal dan lalap pete ataupun semur jengkol nggak boleh ketinggalan.
Begitulah tradisi bukber bergaya cucurak yang murah-meriah tetapi memiliki nilai tinggi dalam hal cita rasa menikmati ke-maknyus-an makanannya dan nilai silaturahminya.
Selamat berbuka puasa bersama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H