Hingga saat ini, saya masih merasa minder kepada adik-adik atau anak muda yang bisa jadi seusia anak saya, yang sudah memperlihatkan 'syahwat' berwirausaha atau enterpreneurship-nya itu.
Di sini saya hendak menyajikan dua contoh anak muda yang menurut saya, layak dijadikan contoh bagaimana kewirausahaan itu dapat berkembang dan dikembangkan.
Kebetulan saya meyakini, seperti yang saya dengar dari ceramah ustad saya, bahwa nabi itu latar belakangnya adalah pedagang - hal ini dapat menjadi tauladan, tinggal bagaimana cara berdagangnya itu yang harus sangat diperhatikan.
Prinsip-prinsip yang dicontohkan Rasulullah saat berdagang yang paling utamanya itu adalah kejujuran, yang dapat berkorelasi kepada timbulnya rasa dan hubungan saling percaya antara penjual-pembeli (disamping sifat dakwah Nabi yang lain seperti: Siddiq, tabligh, amanah dan fathonah).
Contoh pertama: Mie Jepang-Jepangan
Sebut saja namanya Iwan. Ia adalah anak dari saudara - agak jauh, dimana kepada bapaknya, saya memanggilnya dengan sebutan om. Iwan masih kuliah. Ayahnya adalah pengusaha ayam petelur. Ini yang bercerita ayahnya.
Iwan tiba-tba bilang, kalau dia mau buka usaha.
"Anak muda hari gini kalau nggak usaha, nggak keren, Yah." Begitu alasan yang dikemukakannya kepada ayahnya.
Si ayah - om saya ini, penasaran ke anaknya, ingin usaha apa dan apa yang perlu dibantu?
Iwan rupanya sudah punya tim - gabungan beberapa orang teman-teman kuliahnya.