Om saya ini bilang, lumayan usaha anaknya itu, sehari-sehari suka cerita berapa pendapatannya dan bagaimana si anak dimudahkan dengan aplikasi berbayar untuk menjadi 'kasir' warung. Jadi, saat ada kuliahpun, bila anak nggak datang full ke warung, ia dapat memantau secara online transaksi yang terjadi di warung itu - walaupun Iwan sedang ada di kampus.
Aplikasi itupun rupanya menyediakan fasilitas semacam statistik warung seperti: dihari apa saja pengunjungnya ramai, di jam berapa, menu apa saja yang paling banyak dipesan, hingga berapa pendapatan perharinya, dapat dilihat secara online, darimanapun. Saat menceritakan itu, terlihat ayahnya penuh rasa bangga.
Good job Iwan.
Contoh kedua: Risol 3 (tiga) ribu banjir mayonais
Ini pengalaman anak murid les bahasa Inggris saya. Saat itu Gigin sedang akan latihan writing. Sedang berdiskusi mencari tema yang akan ditulis, nggak sengaja ngobrol soal aktivitasnya sepulang sekolah.
Kemudian iapun dengan lancar menceritakan kegiatannya itu. Yaitu jualan risol.
Jualan risol? Padahal Gigin belajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Komputer. Bagaimana ceritanya?
Rupanya Gigin, sejak sekitar bulan Agustus tahun 2022 - saat berdiskusi dengan teman-teman dekatnya (tiga orang) merasa perlu untuk punya uang tambahan untuk tambahan uang jajannya. Lagipula, pengalaman buruk mereka saat liburan sebelum mereka berjualan risol itu, liburannya nggak jadi, karena uangnya terpakai untuk keperluan lain. Mereka sangat kecewa.
'Kita harus punya uang tambahan nih, supaya kita bisa jadi liburan - seperti orang kaya, kita jualan saja, tapi jualan apa?' Begitu kira-kira asal muasal mereka berjualan risol.
Setelah ngomong sana ngomong sini, tiba-tiba saja terlontar untuk jualan risol. Karena, ibunya temannya Gigin itu ada yang pintar membuat risol dan enak risolnya.
Akhirnya tiga orang berteman ini menghadap ibu salah seorang temannya itu dan mengutarakan niatnya.