Belum lagi doa-doa yang berisi kata-kata tidak baiknya. Semua itu dapat dilihat dari banyak sekali tayangan-tayangan yang dengan mudah dapat dilihat (bahkan diunduh) dari kanal-kanal online semacam Youtube. Nauzubillah, summa nauzubillah.
Yang mengherankan lagi, sebagian kecil umat memuja-mujinya sebagai tokoh keturunan Rasulullah yang pantas sangat dihormati sehingga puja-pujinya itu melampaui logika, melampaui akal sehat. Dan ini nampak ke permukaan.
Lagu-lagu dan pujian serta salawat dan salam selalu ditujukan kepada Baginda Rasulullah, contoh baik perilakunya pun dapat kita pelajari melalui segala perilakunya yang tertuang dalam kumpulan hadist-hadist.
Kepada sumber-sumber demikianlah kita patut menyandarkan diri, agar imaji kita tentang Rasulullah tidak terkotorkan oleh contoh buruk yang ditunjukkan oleh sebagian perilaku buruk, bahkan yang mengaku keturunannya. Saya yakin, bila Rasulullah masih hidup, beliaupun akan menangis melihat ada yang mengaku keturunannya tetapi berperilaku jauh dari yang diajarkannya dan jauh dari yang dicontohkannya.
Lagu Rindu Rasul dapat menjadi pengingat kita untuk selalu meneladani beliau kepada sumber yang benar, kepada contoh-contoh ulama-ulama yang benar yang memang mengajarkan kepada kita semua apa yang diajarkan oleh Nabiyullah ini dan menjadikan ulama-ulama itu sebagai pewaris nabi yang perlu kita serap ilmunya - ilmu yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dan bukan belajar dari contoh yang salah, yang keliru. Lagu Rindu Rasul ini harus dimaknai secara benar dan mendalam. Happy Ramadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H