Memberikan pelatihan kepada para petani hutan rakyat sepertinya sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa tidak, harus dilakukan. Hal ini tercermin dari kegiatan pelatihan MTG (Master TreeGrower) yang dilaksanakan di Kelurahan Benjala, Kabupaten Bulukumba, Prov. Sulawesi Selatan, yang berlangsung dari tanggal 4 s/d 7 April 2018 yang difasilitasi oleh tim pelatih Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar.
Peserta yang menjadi partisipan kegiatan pelatihan MTG kali ini sebanyak 20 petani hutan rakyat diantaranya 5 petani perempuan. Mereka semua adalah petani yang antusias dan bersemangat menerima ilmu baru, informasi baru serta semangat baru dalam memelihara tanaman-tanaman komoditas kehutanan miliknya.
Siapa yang disebut petani hutan rakyat itu? Secara sederhana, mereka yang memiliki lahan atau kebun dan di atas lahan atau kebunnya itu ditanami tanaman-tanaman yang masuk kedalam kategori komoditas hutan rakyat (seperti tanaman jati lokal, jati putih, sengon, mahoni, jabon dan lain-lain), maka mereka digolongkan sebagai petani hutan rakyat.
Tim pelatih BP2LHK Makassar dan UGM ini melaksanakan kegiatan pelatihan dalam kerangka rangkaian kegiatan penelitian kerjasama ACIAR (Australian Center for International Agricultural Research) dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK) yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi (BLI) KemenLHK (project ID: FST/2015/040).
Para petani hutan rakyat tersebut perlu menyadari bahwa mereka itu adalah manajer-manajer atas lahannya sendiri. Sehingga dengan perannya sebagai manajer tersebut, mereka perlu memiliki kemampuan untuk menghasilkan keputusan yang tepat bagi kemajuan lahan hutan rakyatnya.
Pelatihan MTG memberikan 'ilmu-ilmu' tersebut yang diperlukan oleh petani hutan rakyat. Sifat pelatihan adalah terbuka, artinya petani diberikan informasi secukupnya sesuai dengan modul yang telah disiapkan, soal keputusan yang akan dilakukan oleh para peserta (petani hutan rakyat) tersebut diserahkan kembali kepada keputusan-keputusan selanjutnya yang akan mereka buat. Menarik kan ya?! (info lain terkait pelatihan MTG -- Master TreeGrower dapat dilihat di sini)
Materi HHBK kali ini disajikan materi tentang pengenalan budidaya lebah madu dan tanaman kelor (Moringa sp) -- yang saat ini sedang mulai menanjak namanya. Kedua materi ini diberikan oleh petani hutan rakyat, dari antara peserta itu sendiri yang telah lebih dulu memiliki pengalaman dalam kedua bidang tersebut.
Materi tentang lebah madu diberikan oleh bp. Arifin, sedangkan materi tentang kelor diberikan oleh bp. Abdul Rahim. Kedua materi ini mendapat sambutan yang cukup bersemangat dari para peserta pelatihan (seperti dalam video terlampir).
Alasan menampilkan materi HHBK cukup penting, sambil menunggu masa panen yang biasanya dapat memakan waktu hingga lima tahunan (seperti sengon, mahoni - tergantung dari jenis pohonnya), mereka dapat memperoleh hasil sela dari HHBK. Lebah madu dan tanaman kelor dapat menjadi HHBK pilihan. Hal ini dikarenakan mudah penanganannya, mudah untuk dijual -- bila petani ingin menjualnya serta memiliki khasiat utama di bidang kesehatan.
Di hari terakhir pelatihan (hari keempat), satu hal menarik muncul dari para peserta -- sebagai inisiatif dari mereka. Para peserta berniat untuk membentuk semacam wadah bagi 'ikatan alumni' peserta pelatihan MTG -- dengan cara memberi nama ikatan alumni tersebut serta membentuk group Whatsapp bagi kelompok yang mereka coba bentuk ini. Tujuannya adalah untuk membentuk jejaring (langsung mempraktikan ilmu tentang kelembagaan/jejaring yang baru saja mereka terima dalam pelatihan MTG ini), sarana tukar-menukar informasi dan saling menyemangati didalam mengelola hutan rakyatnya masing-masing.
Nama group tersebut adalah Jati Putih dengan ketua bp. Samsul Kusuma Wijaya (serta pengurus lainnya - sekretaris dan bendahara) yang terpilih berdasarkan pemilihan (voting). Ikatan alumni inipun kemudian membentuk group whatsapp yang akan mengakomodir pada mereka yang mengikuti pelatihan MTG kali ini saja, tetapi mencoba mewadahi para petani hutan rakyat yang telah mengikuti pelatihan MTG di Kabupaten Bulukumba tersebut.
Pelatihan MTG ini tidak pernah 'memaksakan' kehendak kepada para pesertanya. Tujuan perubahan paradigma pengelolaan hutan rakyat tidak akan terwujud bila para petani hutan rakyat tersebut melakukannya dengan 'terpaksa'. Yang diharapkan adalah semua keputusan harus dibuat oleh petani hutan rakyat itu sendiri untuk keberhasilan pengelolaan hutan rakyat milik mereka.
Pelatihan MTG hanya berkewajiban memberikan sebanyak-banyaknya ilmu atau informasi seperti yang telah tertuang dalam modul atau panduan pelatihan MTG dan tidak ikut campur dalam proses pengambilan keputusan mereka. Walau pada awalnya peserta agak kurang mengerti dengan proses seperti ini -- akibat terbiasa menerima informasi atau ilmu yang bersifat 'top-down' (arahan dari atas) tetapi dengan cepat, mereka dapat menerima dan malah sangat senang dengan proses pembelajaran seperti ini.
Apalagi mereka tidak hanya berada di dalam kelas, tetapi disertai dengan praktik pasar (berkunjung ke industri kayu) serta melakukan praktik pengukuran pohon (volume), penjarangan pohon dan lain sebagainya.
Selama ini, mereka tidak pernah menerima ilmu ataupun informasi-informasi seperti yang diberikan dalam pelatihan MTG (berbasis CBCF). Pelatihan-pelatihan MTG yang telah dilakukan selama ini masih berbasis penelitian. Ke depan, sudah perlu dipertimbangkan untuk lebih memperluas lagi model pelatihan MTG ini ke berbagai kelompok tani hutan rakyat di berbagai tempat. Dukungan dari berbagai pihak masih sangat diperlukan.
Semoga bermanfaat,
NB: bila ada pertanyaan ataupun hal-hal yang ingin diketahui lebih lanjut terkait pelatihan MTG ataupun hal lainnya dapat menghubungi tim peneliti ACIAR-KemenLHK melalui email: enhancing.cbcf@gmail.com
Artikel-artikel terkait:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H