Penjelasan pak Prof itu paralel dengan apa yang dipraktikan oleh ibu saya, termasuk apa yang disebut oleh Prof. Tamtomo ini dengan 'pola tertentu'. Ibu saya mengatakan bahwa bila mengerik, maka gerakan harus dari dalam ke luar, berawal dari tulang belakang berakhir di ujung luar tulang rusuk untuk satu baris kerikan.
Pola alur kerikan (sumber bahan presentasi Prof. Tamtomo)
Seperti telah saya singgung di atas, untuk mengurangi rasa perih yang ditimbulkan, digunakan minyak atau jenis balsem. Berdasarkan pengalaman, kami biasa menggunakan minyak Tawon yang dicampur dengan kayu putih. Pernah kehabisan minyak jenis itu, minyak gorengpun bisa pula digunakan sebagai alternatif. Tapi sekarang penganus
kerokanisme ini tidak perlu bersusah payah mencampur minyak untuk kerikan. Telah tersedia balsem yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam proses kerokan, yaitu
Balsem Lang. Kelebihan
Balsem Lang ini adalah tidak lengket, bila digunakan akan terasa lebih hangat serta yang tidak kalah pentingnya yaitu aromanya yang lebih menyenangkan, kalau dihirup aromanya membuat rasa lebih nyaman baik yang dikerik maupun yang mengerik.
Balsem Lang (sumber: https://www.instagram.com/sobat_hangat/)
Ibu saya saja, tadinya tidak mau meninggalkan kebiasaan menyampur minyak-minyak seperti tersebut di atas. Tetapi setelah saya kenalkan dengan
Balsem Lang, sempat menolak awalnya, tetapi setelah langsung merasakan sendiri saat dikerik, beliau langsung suka. Apalagi ibu saya menambahkan kesannya setelah menggunakan
Balsem Lang yaitu disamping lebih hangat, ternyata, rasa hangatnya itupun dapat bertahan lebih lama, sehingga beliau biasanya langsung tertidur pulas selepas dikerik. "Lebih enak, angetnya lebih lama." ujar beliau.
Sehingga sekarang ini, Balsem Lang-pun masuk ke dalam dompet kecil itu bersamaan dengan uang benggol.
Tapi tetap saja pesan 'keramat'nya tidak terlupa saat saya membelikan beliau Balsem Lang, yang merupakan produksi PT. Eagle Indo Pharma itu,"jangan lupa kalau mengerik, harus sampai merah ya, supaya, karena kalau nggak merah, belum sembuh itu." Demikian keyakinannya mengingatkan saya.
Ah, jadi kangen jumpa ibu.
Semoga bermanfaat
@kangbugi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Healthy Selengkapnya