Mas Gibran (begitu ia - Gibran Rakabuming, putra pertama pak Joko Widodo - biasa dipanggil) nggak suka baca buku? Ya, begitulah yang dikatakan oleh mas Gibran langsung saat menjawab pertanyaan mbak Najwa.
"Jujur nggak suka baca." begitu ungkapnya dalam gaya khasnya.
Tapi rupanya itu belum kalimat yang berhenti hingga titik benar. Gibran menambahkan, ia tidak terlalu suka membaca, tapi ia, pemilik Markobar nama 'kedai' martabaknya - yang telah memiliki 29 cabang di 17 kota ini, tetap suka baca, hanya di jenis-jenis bacaan dalam genre tertentu, seperti membaca komik, artikel-artikel ringan di website (internet) dan ia juga suka membaca bacaan yang bersumber dari ebook (electronic book) yang ia download sendiri plus suka pula bacaan yang isi bukunya bisa menimbulkan motivasi bagi yang membacanya.
Bagi Markobar, pojok baca ini merupakan pojok baca yang kedua. Pojok baca yang pertama dibuka di Markobar di kota Solo pada bulan Mei 2017.
Dalam talkshow yang berisi rangkaian tanya-jawab antara mas Gibran dan mbak Nana yang memang sangat menarik dan sangat menginspirasi ini, cukup banyak hal yang 'menggigit' yang terinformasikan, seperti salah satunya yang telah disebutkan sebagai judul tulisan di atas.
Hal lain yang diungkap adalah bahwa ternyata, masih menurut Gibran, budaya membaca buku di rumah mas Gibran itu tidak ada. Yah kecuali kebiasaannya membaca komik dan main PS (playstation) saja. Ia mengakui bahwa contoh ini adalah contoh yang salah dan harus diperbaiki. Namun contoh ini juga dapat saja terjadi (dan merupakan contoh atau fenomena) di banyak keluarga lain di Indonesia. Perlu upaya untuk memperbaikinya secara bersama-sama, apalagi mbak Nana juga menyajikan data hasil penelitian yang menyajikan informasi betapa masih rendahnya minat baca dan jumlah bahan bacaan yang tersedia,terutama untuk masyarakat yang cukup mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses memperoleh bacaan-bacaan yang baik. Hal ini harus dilihat, masih menurut mbak Nana, sebagai keprihatinan kita bersama tapi juga sekaligus sebagai tantangan, semangat atau pemicu untuk terus bekerja sama dan bergerak menanganinya secara bersama-sama. Pendirian Pojok Baca Markobar ini adalah salah satu contohnya.
Sementara mas Gibran, menurut mbak Nana, telah memberikan contoh bagi kalangan dunia usaha untuk dapat meniru hal yang telah dilakukan oleh Markobar ini. Silakan tiru saja konsepnya, lakukan di tempat kerja atau usahanya. Insya Allah dunia literasi di Indonesia akan semakin baik lagi.
Gibran menambahkan pula keberadaan Pojok Baca Markobar dapat menjadi tujuan positif anak muda. Sehingga kedatangan mereka ke Cafe Markobar Lakopi di malam Minggu misalnya, karena ingin membaca sambil menikmati hidangan yang disediakan dan bukan tujuan yang tidak positif.
Kami, Pendongeng Indonesia, memiliki visi untuk menyebarkan atau lebih tepatnya menularkan kebiasaan baik mendongeng dengan cara memasyarakatkan mendongeng dengan cara mendongengkan masyarakat. Wah, apalagi tuh? Artinya, di berbagai kesempatan kami mendongeng, kami terus-menerus mensosialisasikan atau 'mengkampanyekan' kegiatan mendongeng ini terutama tentang manfaat dari mendongeng.
Dalam kesempatan itu saya mendongeng tentang perlunya memilah atau menganalisa informasi yang kita terima, sebelum menerimanya dan kemudian menyebarkannya, hal-hal yg sedang marak belakangan ini. Namun cerita tersebut berbungkus kejadian di negeri antah-berantah dimana rajanya sedang memilih putra mahkota diantara tiga putranya melalui sebuah pertanyaan yang sangat mudah yaitu menebak sesuatu yang sudah jelas wujudnya, yaitu satu buah pisang. Anak pertama dan anak kedua dengan pongahnya langsung menjawab pertanyaan ayahnya bahkan dengan sedikit meledek, "ayah, mengapa memberikan pertanyaan yang sangat mudah, semua orang juga tahu bahwa itu adalah satu buah pisang."
Saat itu sang ayah tetap diam dan menatap wajah anak ketiganya,"bagaimana menurut kamu?" begitu tanya sang Raja.
Putra ketiganya tidak langsung menjawab melainkan maju mendekati sang ayah. Diambilnya pisang itu, diamatinya dengan seksama. Kemudian dikupas bagian ujungnya dan dicicipi sambil dirasakan tekstur daging buahnya. Kemudian ia menghadap sang Raja dan mengatakan,"ayah, setelah saya amati, saya lihat langsung sumbernya, saya sedikit mencicipi isinya, hamba berkeyakinan, bahwa benda tersebut adalah betul sebuah pisang." begitu ujar putra ketiga ditengah keriuhan gelak tawa ejekan putra pertama dan kedua.
Sang Raja terlihat tersenyum dan kemudian berkata,"putra ketigaku, kamulah yang ayah inginkan menjadi putra mahkota untuk kelak menggantikanku. Ayah ingin, mulai dari sekarang hingga sepeninggal ayah nanti, kamulah yang bertanggung jawab atas jalannya roda pemerintahan di negeri ini. Ayah tidak mau negeri ini hancur oleh informasi-informasi yang tidak baik yang berseliweran. Semua informasi haruslah dilihat dulu dan dianalisa secara sesama sebelum kita percaya dan kemudian kita bagikan (share). Kamulah putra mahkota negeri ini." (tamat).
Setiap kita memiliki kewajiban membangun negeri Indonesia ini. Salah satunya membangun dunia literasi di Indonesia. Sebagai contoh Mbak Nana berkontribusi dengan kegiatan-kegiatannya, mas Gibran dengan mengembangkan pojok baca Markobar-Lakopi-nya, Lapas Maros dengan model perpustakaan di dalam lapas-nya, saya dan teman-teman di Pendongeng Indonesia melalui kegiatan mendongengnya dan kegiatan-kegiatan oleh pegiat-pegiat literasi lainnya lain.
Kita ingin bangsa kita cerdaskan, ayo kita dukung kegiatan-kegiatan literasi di sekeliling kita atau ciptakan kegiatan literasi yang menjadi khas anda atau sekemampuan anda, di lingkungan anda.
Bagaimana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H