Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedikit Catatan Tentang The International Day of Forests 2016

23 Maret 2016   15:18 Diperbarui: 23 Maret 2016   15:40 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Foto yang dimuat di Gallery Events FAO"][/caption]

Melalui laman websitenya,  FAO - Food and Agricultur Organization of The United Nations menginformasikan tentang (anjuran) memperingati The International Day of Forests (hastag: #IntlForestDay)  pada tanggal 21 Maret 2016 ini. FAO menyebutkan bahwa memperingati #IntlForestDay merupakan peringatan terhadap hutan-hutan dan air, seperti dinyatakan,

"Every year on the International Day of Forests we celebrate the ways in which forests and trees sustain and protect us. This year we are raising awareness of how forests are key to the planet's supply of freshwater, which is essential for life."

Penting meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keberadaan dan keberlanjutan hutan-hutan bagi ketersediaan air bersih di muka bumi ini.

Di dalam website itupun ditekankan dengan pertanyaan, "Apa yang akan kamu lakukan untuk menandai (memperingati) #IntlForestDay tersebut? FAO sendiri, dalam websitenya memberikan 5 (lima) ide untuk menandainya, yaitu:

1.       Menyaksikan dan men-share video tentang #IntlForestDay dan mengikuti webcast yang disiarkan langsung oleh FAO pada tanggal 21 Maret 2016, pk. 12.00-13.00 GMT+1,

2.       Menjawab quiz yang dibuat oleh FAO yang berjudul: How much do you know about forests and water? Dan men-sharenya melalui jejaring sosial media yang kita miliki,

3.       Melaksanakan kegiatan atau bergabung kedalam suatu kegiatan yang memperingati #IntForestDay. Kegiatan tersebut dapat berupa: penanaman pohon, simposium, pameran pembangunan maupun pameran foto, lomba foto, dan lain sebagainya. Jika kita melakukan hal-hal seperti tersebut di atas, FAO meminta kita untuk menginformasikan kepada mereka tentang apa yang telah kita lakukan beserta foto yang mewakilinya. Foto tersebut nantinya akan dimuat di galeri kegiatan-kegiatan yang terkait dengan #IntlForestDay yang dilakukan di berbagai belahan dunia,

4.       Men-share logo, banner maupun poster-poster yang terkait dengan #IntlForestDay. FAO menyediakan template dalam 13 bahasa.

5.       Bergabung kedalam sharing informasi tentang hari yang penting ini melalui hastag #IntlForestDay melalui sosial media, ataupun mengambil foto tentang hutan yang menjadi favorit kemudian men-share-nya.

 

Walaupun dalam skala kecil, English Club di Balai Litbanghut LHK Makassar (BP2LHKM), yang isinya adalah sekumpulan peneliti dan teknisi BP2LHKM mencoba berpartisipasi pula, mengambil aksi untuk memperingati #IntlForestDay ini.  Kegiatan yang dilakukan adalah berupa:

1.       Menyaksikan serta mendiskusikan video yang disediakan tautannya di laman FAO tentang #IntlForestDay,

2.       Menyaksikan serta mendiskusikan video tentang peran peneliti/penelitian dalam menangani bencana/kesulitan ketersediaan air bersih,

3.       Mendiskusikan artikel yang dimuat dalam laman The Conversation, yang berjudul: "Academics can change the world - if they stop talking only to their peers."

4.       Berfoto bersama di akhir diskusi dengan memegang banner #IntlForestDay.

Diskusi berlangsung menarik terutama dalam hal mengingatkan kita semua, terutama peserta diskusi English ClubBP2LHKM tentang bagaimana pentingnya peran hutan didalam menjaga ekosistem alam hingga perannya dalam penyediaan air bersih, bagaimana sebaiknya interaksi masyarakat sekitar hutan dalam menjaga ekosistem hutan hingga kepada peran peneliti maupun penelitian yang perlu keterlibatannya didalam persoalan ini.

Yang menarik pula adalah ketika masuk kedalam diskusi tentang artikel yang dimuat dalam The Conversation tersebut. Artikel yang ditulis oleh Savo Heleta dari Nelson Mandela Metropolitan University  tersebut sepertinya 'menohok' kaum akademik (dimana peneliti dimasukkan kedalam kaum tersebut) yang sepertinya kurang berkontribusi dalam persoalan-persoalan luas kemasyarakatan. 

Padahal, kaum akademisi dan peneliti ini memiliki kekuatan besar untuk berkontribusi untuk 'change the world' . Yang terjadi adalah mereka (kaum akademisi dan peneliti ini) berlomba-lomba hanya fokus kepada menghasilkan hasil penelitian yang difokuskan luarannya kepada bentuk jurnal maupun tulisan yang bersifat ilmiah. Tulisan-tulisan yang dihasilkan, yang  menurut informasi bahwa rata-rata artikel dalam jurnal itu dibaca secara lengkap tidak lebih dari hanya oleh sepuluh orang saja. Dengan kondisi ini, kaum akademisi disarankan untuk dapat berbuat lebih lagi untuk dapat berperanan di masyarakat luas.

Sepertinya hal inipun sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ibu Siti Nurbaya, saat kunjungannya ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balitbang dan Inovasi di Bogor seperti dilansir MetroTVnews.com (17 Maret 2016), yaitu:

"Yang terpenting saat ini harus segera dirancang desain manajemen hasil temuan ini agar sampai kepada yang seharusnya. Kami harus tahu persis rantai suplainya seperti apa."

Intinya adalah bagaimana mempertemukan kaum akademisi ini, yang termasuk peneliti di dalamnya dengan kebutuhan masyarakat (user).

Artikel inipun menyoroti beberapa hal yang menyebabkan persoalan seperti tersebut di atas dapat terjadi, yaitu: Kurangnya ide-ide maupun pemahaman pada kaum akademisi tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan, kurangnya insentif dari pihak universitas maupun pemerintah (terkait penyebarluasan serta keterlibatan mereka) dan kurangnya pelatihan untuk bagaimana agar kaum akademisi ini mampu menjangkau masyarakat secara lebih luas lagi, terutama kaum awam.

Sebagai bahan permenungan dan introspeksi, hal-hal yang menjadi wacana diskusi seperti tersebut di atas sangatlah bermanfaat. Terutama bagi diri kita sendiri.  Terutama pula dengan dimuatnya dokumentasi foto kami di Gallery events website FAO dengan tagline: Researcher's discussion on #IntlForestDay (Indonesia), cukuplah kontribusi kecil tersebut tercatat sebagai salah satu kegiatan dari kami, beberapa forester Indonesia.

Happy International Day of Forests, 21 Maret 2016

Semoga bermanfaat

 

Makassar, 22 Maret 2016

@Kangbugi

Catatan: 

Foto dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun