Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedikit Catatan Tentang The International Day of Forests 2016

23 Maret 2016   15:18 Diperbarui: 23 Maret 2016   15:40 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun dalam skala kecil, English Club di Balai Litbanghut LHK Makassar (BP2LHKM), yang isinya adalah sekumpulan peneliti dan teknisi BP2LHKM mencoba berpartisipasi pula, mengambil aksi untuk memperingati #IntlForestDay ini.  Kegiatan yang dilakukan adalah berupa:

1.       Menyaksikan serta mendiskusikan video yang disediakan tautannya di laman FAO tentang #IntlForestDay,

2.       Menyaksikan serta mendiskusikan video tentang peran peneliti/penelitian dalam menangani bencana/kesulitan ketersediaan air bersih,

3.       Mendiskusikan artikel yang dimuat dalam laman The Conversation, yang berjudul: "Academics can change the world - if they stop talking only to their peers."

4.       Berfoto bersama di akhir diskusi dengan memegang banner #IntlForestDay.

Diskusi berlangsung menarik terutama dalam hal mengingatkan kita semua, terutama peserta diskusi English ClubBP2LHKM tentang bagaimana pentingnya peran hutan didalam menjaga ekosistem alam hingga perannya dalam penyediaan air bersih, bagaimana sebaiknya interaksi masyarakat sekitar hutan dalam menjaga ekosistem hutan hingga kepada peran peneliti maupun penelitian yang perlu keterlibatannya didalam persoalan ini.

Yang menarik pula adalah ketika masuk kedalam diskusi tentang artikel yang dimuat dalam The Conversation tersebut. Artikel yang ditulis oleh Savo Heleta dari Nelson Mandela Metropolitan University  tersebut sepertinya 'menohok' kaum akademik (dimana peneliti dimasukkan kedalam kaum tersebut) yang sepertinya kurang berkontribusi dalam persoalan-persoalan luas kemasyarakatan. 

Padahal, kaum akademisi dan peneliti ini memiliki kekuatan besar untuk berkontribusi untuk 'change the world' . Yang terjadi adalah mereka (kaum akademisi dan peneliti ini) berlomba-lomba hanya fokus kepada menghasilkan hasil penelitian yang difokuskan luarannya kepada bentuk jurnal maupun tulisan yang bersifat ilmiah. Tulisan-tulisan yang dihasilkan, yang  menurut informasi bahwa rata-rata artikel dalam jurnal itu dibaca secara lengkap tidak lebih dari hanya oleh sepuluh orang saja. Dengan kondisi ini, kaum akademisi disarankan untuk dapat berbuat lebih lagi untuk dapat berperanan di masyarakat luas.

Sepertinya hal inipun sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ibu Siti Nurbaya, saat kunjungannya ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balitbang dan Inovasi di Bogor seperti dilansir MetroTVnews.com (17 Maret 2016), yaitu:

"Yang terpenting saat ini harus segera dirancang desain manajemen hasil temuan ini agar sampai kepada yang seharusnya. Kami harus tahu persis rantai suplainya seperti apa."

Intinya adalah bagaimana mempertemukan kaum akademisi ini, yang termasuk peneliti di dalamnya dengan kebutuhan masyarakat (user).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun