Kumpulan ayat-ayat tersebut, kandungan isinya dapat dikategorikan sebagai berikut: Pertama, sebanyak sebelas kali menunjukan peredaran matahari dan bulan, yakni pada QS. al- An'am [6]: 96, QS. al-A'raf [7]: 54, QS. Yunus [10]: 5, QS. al Ra'd [13]: 2, QS. Ibrahim (14): 33, QS. al-Anbiya' [21]: 33, QS. Lukman [31]: 29, QS. Fir [35]: 13, QS. Ysn [36]: 39-40, QS. al-Zumar (39): 5, QS. al-Rahman [55]: 5. Kedua, dua kali menggambarkan manfaat mata- hari dan bulan bagi kehidupan manusia, yakni QS. al-Nahl [16]:12, QS. Nuh [71]: 16. Ketiga, satu kali mengenai keingkaran orang kafir terhadap penciptaan langit, bumi, ketundukan matahari, dan bulan yakni QS. al-Ankabut [29]: 61. Keempat, satu kali tentang larang-an sujud kepada matahari dan bulan yakni pada QS. Fussilat [41]: 37. Kelima, satu kali mengenai ciri-ciri kehancuran alam, yakni QS. al-Qiyamah (75): 9.
Matahari sebagai benda luar angkasa digambarkan dalam beberapa ayat antara lain: QS al-Furqan (25): 61, QS Nh [71]:16, dan QS. al- Naba' [78]: 13, menggambarkan matahari sebagai siraj kata siraj dalam kamus al-Munawwir diartikan pelita atau lampu. De-ngan demikian, matahari meman-carkan sinar. Sedangkan, pada QS.Yunus (10): 5 matahari digambarkan sebagai benda langit yang bersinar. Mengacu kepada ayat-ayat ini dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri matahari adalah benda langit yang memiliki sinar, dimana sinarnya sebagai penerang bagi kehidupan.
- Bulan
Bulan dalam al-Quran disebut dengan istilah syahr , qamar   dan hilal diulang sebanyak 40 kali. Sedangkan, bulan dengan istilah qamar dan hilal secara bergan-dengan diulang sebanyak 27 kali. Bulan dalam istilah qamar saja diulang sebanyak 26 kali. Karena syahr merupakan kata yang tidak menunjukkan pada pengertian bulan yang hakiki maka tidak akan dibahas dalam makalah ini secara mendalam. Namun demikian, kata memiliki keterikatan dengan qamar dan hill, karena kata ini sebagai perhitungan jumlah bilangan qamar dan hill.
Kata qamar dan hilal bermakna bulan dalam arti hakiki. Keduanya menyatakan makna bulan dalam arti hakiki, namun memiliki perbedaan maksud. Kata qamar bermakna bulan yang sempurna. Ini dapat dipahami dari QS. al-Insyiqah [84]: 18 yang artinya: "dan dengan bulan apabila jadi  purnama"  yang  menghubungkan  kata  qomar   dengan  purnama. Begitu  juga ketika  al-Quran  selalu  mengungkapkan  kata qamar  dalam  bentuk mufrad,  melambangkan  bahwa  bulan  yang  sempurna hanya  sekali setiap  bulan yaitu pada bulan  purnama. Dengan demikian,  kata qamar  hanya  berarti  bulan  purnama (ketika  penampakan  bulan  sempurna).  Kata  hill  diungkapkan  dalam al-Quran hanya satu kali dalam  bentuk  jamak  . Kata ini ditemui  pada  QS. al-Baqarah (2): 189. Ini dapat  dipahami  bahwa  hill  itu  berulangulang, tidak  hanya  seka-li.  Dalam arti,  perjalanan  bulan  dari  sangat  tipis menuju  sempur-na dan  dari  sempurna  menuju  tipis  kembali  dapat  disebut  hill.
Dengan demikian,  peredaran  bulan (  dan  )  selama  satu  bulan terdiri dari,  sekali  bulan  "qamar"  dan  yang lainnya  adalah  bulan "hill".  Ini  berarti  bahwa  "hill"  bermakna  bulan  yang  tidak  sempurna,  nampak sedikit, sebagian, separuh, atau  hampir  sempurna, ketika  sempur-na  maka  tidak  disebut  hill, tetapi  disebut  qamar. Dengan kata lain penampakan qamar yang tidak sempurna disebut hill, sedangkan kata qamar  itu  sendiri  lebih  berorientasi pada hakikat bulan yang  sempurna. Berdasarkan  pada QS. Nuh [71]: 16  dan QS. Yunus [10]: 5,  sebagaimana diungkapkan pada  bagian  terdahulu dapat  disimpul-kan  bahwa  bulan merupakan  benda  langit  yang  memiliki   cahaya  .
Mengingat  sebagian  besar  ayat-ayat  tentang  matahari  dan bulan  selalu  digandeng, maka  dapat  disimpulkan  bahwa  antara  sinar matahari  dan  cahaya  bulan  memiliki  keterikatan.  Ini  memberikan  indikasi  bahwa  cahaya  bulan  sangat  tergantung  pada  sinar  matahari. Â
- BintangÂ
Bintang  disebut  al-Quran  dengan istilah  ,  , dan .  Al-Quran tidak  banyak  menceritakan  bintang, baik  dengan  istilah   nujm dan buruj maupun  dengan  istilah  kaukab . Ketiga  Istilah  tersebut  digunakan  secara  bergantian  untuk menggambarkan obyek  yang  berbeda. Misalnya,  dalam  QS.  al-An'am (6): 76 digunakan  kata  kaukab disini  kata  kaukab  digunakan  untuk  menggambarkan  bintang  sebagai  benda  yang  di-kagumi  Ibrahim,  kemudian  dalam  QS. Yusuf (12): 4  kata  kaukab  digunakan  untuk  meng-gambarkan  bintang  dalam  alam mimpi, sementara  dalam  QS. al-Nur [24]: 35, kata  kaukab  digunakan  untuk  menggambarkan  bintang  sebagai  benda  langit  yang  memiliki  cahaya, namun  sebagai  obyek  perumpamaan.
Dari  sini  dapat  dipahami  bahwa  kata  kaukab  dalam  al-Quran digunakan untuk menggambarkan bintang sebagai  benda  langit  yang  berada  dalam  alam  khaya-lan/angan-angan  atau  sesuatu yang berada  dalam  dunia  ide. Jadi kata  kaukab  , bukan untuk menunjukkan  bintang yang  ada dalam  dunia realitas, tetapi  menunjuk  pada  bintang  yang  ada dalam ide. QS. al-Hajj [22]:18  mengguna-kan  kata nujm  ,  untuk menggambarkan  bintang  sebagai  benda langit  yang  tunduk pada  perintah  Allah. Â
Dalam QS. al-Najm [53]: 1  kata nujm  , diguna-kan  untuk  menggambarkan  bin-tang  sebagai  benda  langit  untuk  obyek  sumpah  (qasam).  Dalam  QS. al-Tariq [86]: 3  kata  nujm , digunakan untuk  meng-gambarkan bintang  sebagai  benda  langit  yang  bercahaya.  Berdasar-kan  pada  beberapa  ayat  di atas  kata nujm  ,  memiliki  makna  bintang  dalam  arti yang  hakiki. Pernyataan  ini  diperkuat  oleh  QS. atTakwir [81]: 2 yang  meng-gambarkan  ciri  hari  kiamat  dengan berjatuhannya bintang .  Di sini  digunakan  kata  nujm  , bukan  kaukab. Â
Oleh  karena  itu, tampaknya  pengguna-an  kata nujm   dalam  al-Quran  untuk  menggambarkan  bintang  dalam  pengertian yang hakiki.  Sehingga,  ilmu  yang  berbicara  me-ngenai  perbintangan,  disebut  ilmu  nujm.  Selain  kata nujm  untuk  menggambarkan  bintang, dalam  alQuran  digunakan  kata burj  (  ) sebagaimana  ditemui dalam al-Hijr (15): 16, al-Furqan (25):61, QS. al-Burj (85):1.  Dalam  Tafsir  al-abar  diceritakan  bahwa  menurut  Ibn  Abbas  yang  dimaksud  dengan burj  adalah: yakni  gugusan  bintang-bintang Berdasarkan pada  QS. an-Nur (24): 35, dan QS. al-ariq (86): 3 memberikan  pemahaman bahwa  bintang  adalah  benda  langit  yang  memancarkan  cahaya. Sedangkan,  QS. al-Buruj (85): 1,  menggambarkan gugusan  bintang  di langit.  Kata  burj  dalam  ayat  tersebut  meng-gambarkan  ciri-ciri  dari  nujm. Karena  itu,  bintang  memiliki  ciri-ciri  diantaranya  adalah  benda  langit  yang  membentuk  gugusan.  Gugusan  bintang di langit  diper-kuat  oleh  QS. al-An'am [6]: 97. Menurut  Shihab  bintang merupakan  petunjuk   perjalanan  manusia, baik  di darat  maupun  di laut. Dengan  mengetahui  bintang, terutama  bintang  tak  bergerak, seseorang  yang  akan  bepergian  dapat  menentukan  arah  yang  hendak  dituju. Â
- Peredaran Matahari dan Bulan.Â
Benda-benda  langit  dalam perspektif  al-Quran  terdiri  dari  matahari (syams),  bulan(qamar dan hilal),  dan  bintang  (nujm). Peredaran  benda-benda  tersebut ditemukan dalam al-Quran yakni  QS. al-An'am [6]: 96, QS.  al-A'raf [7]: 54, QS. Yunus [10]: 5, QS. ar Ra'd [13]: 2, QS. Ibrahim [14]: 33, QS. al-Anbiya' [21]: 33, QS. Lukman (31): 29,  QS. Fir (35): 13,  QS. Ysn (36): 39-40, QS. al-Zumar (39): 5, QS. arRahman (55): 5.  Dalam  ayat-ayat ini  peredaran  matahari  dan  bulan selalu  disebutkan  secara  bersamaan.