"Maaf Juragan, status saya saat ini masih isteri Kang Parmo meski sudah bertahun-tahun dia tak pernah memberi khabar. Saya masih menunggunya, saya masih mencintainya.
        "Halah apa yang bisa diharap dari lelaki macam Parmo, sudah pungkring kere lagi"
        "Aku bisa memenuhi semua kebutuhanmu lahir dan batin, nggak usah mikir lama-lama ambil seratus ribu ini, anggap saja sebagai uang muka mas kawin"
Raras semakin terpojok, harga dirinya sudah benar-benar habis seperti kertas yang terbakar dan terbang terbawa angin. Pertahanan dirinya runtuh, Â dia semakin tidak berdaya dengan perkataan Juragan Bawor yang begitu provokatif.
Juragan Bawor mengulurkan tangannya menuntun Raras keluar dari ruang tamu. Raras tidak bisa menolak. Otaknya sudah tidak sanggup berpikir. Seperti kambing congek dia biarkan lelaki itu membawanya pergi entah ke mana. Keputusan yang diambilnya mungkin salah, tapi demi uang sebesar seratus  ribu rupiah tubuhnya dihalalkan bagi lelaki brengsek macam Juragan Bawor.Â
Kesetiaan yang selalu dijaga untuk suaminya runtuh. Â Ah.... uang telah membeli harga diri dan kesetiaan Laras. Laras terus berjalan menyusuri koridor rumah sakit, digenggamnya uang seratus ribu itu erat-erat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H