Mohon tunggu...
Budi Wahyuningsih
Budi Wahyuningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Temanggung dan mendapat tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Hobi memasak, membaca novel petualangan dan misteri, traveling, dan bertanam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Ledhek

25 Maret 2024   21:25 Diperbarui: 25 Maret 2024   21:29 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rizki sudah membaik, besok dia diperbolehkan pulang. Ongkos rumah sakit yang harus ditanggung Laras sebanyak tiga ratus ribu rupiah. Ketakutan yang kemarin hadir di pikirannya kini menjadi sebuah kenyataan. Uang sebesar itu ke mana dia harus mencari. Di tengah kegalauan dia putuskan untuk meminta pertolongan Juragan Bawor, orang paling kaya di kampungnya.

                "Tak perlu kau pinjam uang Ras, aku sanggup kalau hanya membayar sebesar itu. Apalagi demi anakmu," ungkap Juragan Bawor.

                "Terima kasih atas pengertian juragan, tatapi saya tidak mau menerima uang itu seta merta. Saya pinjam, besok kalau ada rejeki akan saya lunasi," sahut Laras.

                "Uang segitu tidak sedikit lho Ras, kamu butuh berapa kali tanggapan untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Bukannya aku menghina tapi uang hasil tanggapan dan saweran sekali pentas paling berapa rupiah? Sampai peyot kamu nggak bakalan bisa ngembalikan," kata Juragan Bawor remeh.

Laras terdiam sambil meremas ujung kain kebayanya. Pikirannya kalut, siapa lagi yang bisa menolongnya. Ah..aku salah datang ke tempat ini. Harga dirinya tercabik. Tapi, perempuan seperti dirinya apakah masih perlu harga diri. Bukankah harga dirinya sudah lenyap? Setiap kali dia pentas bukankah  ladang maksiat yang sedang dia gelar. Laras tergugu dalam keragu-raguan. Dipaksakan kalimat bernada menantang keluar dari mulutnya.

                "Kalau begitu apa mau Juragan Bawor? Saya ke tempat ini mau minta pertolongan buka minta dihina," tantang Laras dengan mata berapi-api.

                "Tenang Cah Ayu ..., tidak usah marah. He...he... tapi kamu tambah cantik kalau marah seperti itu. Kaya Srikandi sing arep nantang gelut musuhe, ha....ha...malah membuat saya semakin gemes lho Ras..." ejek Juragan Bawor.

Mulutnya yang terkekeh seperti serigala lapar yang menyeringai menanti buruannya untuk segera dimangsa. Laras bergidik.

                "Ras ... gampang saja. Sudah lama aku ingin menjadikanmu isteri kelimaku. Sayang aku terlalu sibuk dengan urusan penggilingan padi dan kopiku. Aku jadi tak punya waktu untuk melamarmu. Sekarang, engkau datang sendiri ke rumahku. Ibarat ................

                "Kamu penuhi saja keinginanku dan semua masalahmu beres. Bagaimana Ras, setuju dengan pendapatku ta?"

               "Maaf Juragan, status saya saat ini masih isteri Kang Parmo meski sudah bertahun-tahun dia tak pernah memberi khabar. Saya masih menunggunya, saya masih mencintainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun