Hal yang tidak kalah penting dalam upaya membumikan sastra pada peserta didik adalah membimbing peserta didik dalam hal: 1) mengakses karya sastra berupa puisi, drama, cerpen, novel, pantun, dan sejenisnya yang bagus, menyenangkan, dan bermanfaat bagi peserta didik; 2) bagaimana membuat parafrase pusi, sinopsis, analisis tema, amanat, puisi atau prosa; 3) bagaimana memberikan tanggapan atau komentar yang kritis terhadap suatu karya sastra.
 Kreativitas guru diperlukan dalam pembelajaran sastra agar pembelajaran tidak monoton. Pemberian tugas yang variatif dan menantang dapat mendorong siswa untuk kreatif sekaligus mengerjakannya dengan senang hati.Â
Beberapa tugas yang dapat diberikan di anataranya adalah: menonton pertunjukkan atau pentas siswa kemudian memberikan tanggapan, menulis laporan atau pendapatnya tentang karya sastra yang diapresiasi, membuat kliping puisi atau cerpen, menemukan kata-kata sulit pada teks sastra, memberi komentar terhadap puisi atau cerpen, mengubah puisi menjadi lagu, mengubah cerpen menjadi drama, mengubah puisi menjadi cerpen, menulis cerpen berdasar karikatur, dan sebagainya.Â
Pengumpulan tugas dengan media sosial bisa juga dilakukan seperti video pembacaan puisi melalui youtube, puisi melalui Instagram, cetpen melalui blog, dan sebagainya. Hasil penilaian juga dapat disajikan secara kreatif misalnya melalui pemberian like seperti pada media sosial Facebook, melalui surat elektronik, pesan whatsapp, dan sebagainya.
Hal terakhir dari pembelajaran sastra adalah evaluasi atau penilaian. Penilaian pembelajaran sastra harus mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afekstif, dan psikomotorik. Ranah kognitif mengutamakan pengetahuan dan kemampuan bernalar, dapat diukur menggunakan tes tertulis atau lisan berupa soal pilihan ganda atau soal uraian.Â
Ranah afektif mengutamakan unsur perasaan atau emosional misalnya melakukan pengamatan saat siswa membacakan puisi, atau saat mengerjakan tugas di kelas. Ranah psikomotorik mengutamakan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas misalnya hasil menulis puisi atau cerpen, laporan membaca cerpen, membuat musikalisasi puisi, dan sebagainya.
Sebagai penutup, banyak upaya yang dapat dilakukan dalam rangka membumikan sastra pada remaja. Berhasil atau tidaknya bergantung pada peran kita sebagai orang dewasa dalam membimbing dan mengarahkan mereka sehingga mereka mampu membaca, memahami, menghayati, mengkritisi, memaknai, memberikan penilaian, mengambil manfaat, dan menghargai sastra dalam kehidupan mereka sehari-hari. Â Â
Daftar Pustaka
Fazli , Achmad Zulfikar. Survei: Pembaca Sastra Indonesia Hanya 6,2%. medcomid. https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/PNgJ8ZRK-survei-pembaca-sastra-indonesia-hanya-6-2, diunduh tanggal 14 september 2020
Ridwan, Muhammad Mahfud. Kritik Atas Kurikulum dan Buku Ajar Bahasa Arab SD/MI Kelas VI. Jurnal TA'ALLUM, Vol. 04, No. 01, Juni 2016 https://media.neliti.com/media/publications/68138-ID-kritik-atas-kurikulum-dan-buku-ajar-baha.pdf. Diunduh 14 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H