Mohon tunggu...
Budi Wahyuningsih
Budi Wahyuningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Temanggung dan mendapat tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Hobi memasak, membaca novel petualangan dan misteri, traveling, dan bertanam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membumikan Sastra pada Remaja

18 Maret 2024   10:26 Diperbarui: 19 Maret 2024   02:42 2469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya Mengenalkan Sastra pada Remaja

Sebenarnya pemerintah sudah mempunyai sebuah program literasi yang sangat bagus yaitu Gerakan Literasi Sekolah, hanya saja pelaksanaan di sekolah masih jauh panggang dari api. 

Kepala sekolah, guru, pengelola perpustakaan, dan pemangku kepentingan harus mempunyai perhatian terhadap peningkatan membaca peserta didik terutama bacaan sastra. Merekalah yang harus membangun sistem dan membuat regulasi terkait  literasi di sekolah agar dapat berjalan baik. 

Guru Bahasa Indonesia terutama harus mampu menjadi ujung tombak, menggerakkan semua komponen agar gerakan literasi tidak hanya jadi slogan semata. Pembelajaran sastra harus diberi ruang lebih dengan mengoptimalkan bahan bacaan berbasis sastra dan alokasi waktu yang tersedia. 

Guru juga harus mampu merencanakan pembelajaran disertai penggunaan media dan metode pembelajaran yang tepat. Dengan demikian, peserta didik dipaksa untuk mengenal, memahami, dan merasakan manfaat sastra sejak dini.

Sebagai gambaran pelaksanaan gerakan literasi di sekolah kami adalah dengan memprogramkan 15 menit membaca buku fiksi yang diarahkan pada buku sastra. Setiap Jumat minggu ke-3, selama 1 jam (60 menit)  setiap siswa meminjam buku di perpustakaan. Setiap perwakilan kelas mengambil troli berisi buku bacaan fiksi dan sastra untuk dibawa ke kelas dan dibaca oleh semua peserta didik di kelas tersebut. 

Setelah selesai membaca, siswa mengisi jurnal membaca buku yang berisi nama, kelas, judul buku yang dibaca, halaman terakhir yang dibaca. Setelah menyelesaikan satu buku, siswa membuat laporan membaca buku yang selanjutnya diserahkan kepada guru Bahasa Indonesia untuk dinilai dan direview oleh guru tersebut. Koleksi buku di troli akan diputar atau ditukar dengan troli dari kelas lain setiap sebulan sekali agar peserta didik membaca lebih banyak/beragam buku. 

Program literasi yang lain adalah mengumpulkan karya peserta didik dalam bentuk portofolio seperti puisi, cerpen, karikatur, pantun, poster, dan sejenisnya. Karya siswa yang layak untuk diterbitkan akan dibukukan menjadi kumpulan puisi, kumpulan cerpen, novelet, kumpulan pantun, dan sejenisnya. Format digital juga bisa dipilih untuk memajang karya peserta didik berupa website sekolah atau blog kelas.

Program ini berdampak signifikan terhadap minat siswa berkunjung dan meminjam buku (fiksi) di perpustakaan. Dari data perpustakaan, diketahui kenaikan pengunjung dan peminjam buku di perpustakaan mencapai hampir 70%. Siswa menjadi lebih senang membaca karena mendapat rangsangan bahan bacaan yang menarik dan bermanfaat bagi mereka. 

Oleh karena itu, bahan bacaan menjadi sangat penting untuk disediakan. Namun, sayang tidak semua sekolah memiliki dana yang cukup untuk menyediakan bahan bacaan yang bermutu dan bermanfaat bagi peserta didik.

Bahan bacaan digital bisa jadi solusi yang bijak untuk mengatasi masalah keterbatasan bacaan sastra. Library digital atau perpustakaan digital menjadi kebutuhan yang tak bisa dinafikkan lagi, apalagi di masa pendemi covid seperti sekarang ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun