Mohon tunggu...
Budi Wahyu
Budi Wahyu Mohon Tunggu... Guru - Guru

Bahasa Korea | Pendidikan | Fotografi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Merdeka: Di Balik Pembelajaran Berdiferensiasi

11 Februari 2024   22:02 Diperbarui: 11 Februari 2024   22:33 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam kelas yang penuh dengan keragaman, terdapat pula keragaman cara belajar. Setiap murid memiliki kebutuhan, gaya belajar, dan minat yang unik. Mengatasi kondisi yang demikian, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berinovasi untuk menyajikan pembelajaran yang sesuai dengan keragaman tersebut. Keragaman ini tersaji dalam Kurikulum Merdeka melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Lalu, apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi?

Sebelum lanjut, coba perhatikan video ini ya!

Berdasarkan video tersebut, kita sudah mendapatkan sedikit informasi mengenai Pembelajaran Berdiferensiasi. Lalu, apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi?

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah sebuah cara berpikir yang melibatkan upaya menciptakan keragaman dalam kelas dengan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengolah gagasan mereka sendiri guna meningkatkan hasil belajar, sehingga mereka dapat belajar dengan efisiensi yang maksimal. Konsep ini dicetuskan dalam pendidikan Indonesia dikarenakan sesuai dengan pemikiran bapak pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, yakni menghormati dan mendamaikan segala perbedaan yang ada di antara peserta didik untuk mewujudkan hak yang sama untuk semua peserta didik.

Seperti yang sudah diketahui, peserta didik itu memiliki beragam minat, bakat, kemampuan, serta ketertarikan dalam kegiatan pembelajaran. Menghadapi hal ini, kita sebagai seorang pendidik perlu melangkah dengan tepat dengan menyajikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka. Kehadiran Pembelajaran Berdiferensiasi ini mengilhami beragam cara penyajian dan proses pembelajaran yang terjadi dalam kurikulum saat ini. Perbedaan itu bisa kita intip dari sistem ekologi atau perspektif sosiokultural pada setiap individu, seperti latar belakang keluarga, budaya, politik, ekonomi, lingkungan, dan aspek lainnya, multiple intelligences, zone of proximal development (ZPD), learning modalities atau gaya belajar, serta perbedaan lainnya yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mungkin dapat ditermukan perbedaan pada setiap individu di kelas. Setiap aspek tersebut secara tidak langsung mempengaruhi proses pembelajara. Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut.

Sistem Ekologi

Cek video ini dulu ya sebelum lanjut!

Sistem Ekologi merupakan sebuah teori cetusan Bronfenbronner yang menjelaskan perkembangan individu dalam interaksinya dengan lingkungan di luar dirinya yang terus-menerus mempengaruhi segala aspek perkembangan. Sistem ini mengakui lima sistem yang mempengaruhi individu dalam berinteraksi dengan sekitarnya. Sistem tersebut adalah.

Mikrosistem

Mikrosistem merupakan sistem paling dasar dan paling dekat dengan individu atau anak. Sistem ini melatarbelakangi anak hidup dan berinteraksi dengan orang lain dan institusi yang paling dekat dengan kehidupannya, seperti orang tua, teman sebaya, tetangga, dan teman sekolah. Kemampuan anak atau individu dalam berhubungan dengan keluarga dan lingkungan dipengaruhi kuat oleh sistem ini. Sistem ini terjadi secara dua arah, sehingga luaran yang didapatkan oleh setiap anak atau individu sangat dipengaruhi olehnya. Oleh karenanya, orang tua dan lingkungan terdekat harus benar-benar memperhatikan anak agar memiliki sikap yang baik.

Mesosistem

Mesosistem merupakan sistem yang menjelaskan hubungan antara mikrosistem. Sebagai contohnya adalah orang tua dengan guru dalam sistem sekolah, orang tua dengan petugas kesehatan, orang tua dengan suatu komunitas, serta hubungan lain yang menjembatani anak untuk berkembang lebih baik.

Ekosistem

Sistem ini memberikan kontribusi lebih besar kepada anak, namun tidak berhubungan secara langsung terhadap anak-anak. Sebagai contohnya adalah pemerintah kota, tempat kerja, media massa, dan pihak lainnya yang tidak langsung memberikan pengaruh mikrosistem anak. Memang, anak tidak berinteraksi secara langsung dalam sistem ini, namun sistem ini memiliki pengaruh positif maupun negatif dalam mikrosistem anak.

Makrosistem

Makrosistem terletak di bagian luar yang mencakup nilai-nilai budaya, adat istiadat, hukum, dan sistem kepercayaan yang berlaku di suatu daerah. Sistem ini mencakup sistem yang telah disebutkan dan menghimpun interaksi lapisan sistem lainnya hingga berpengaruh pada setiap individu. Sebagai contoh, di mayoritas negara bagian di Amerika, anak-anak muda memiliki kebebasan ketika mereka telah melepas masa remaja. Namun, di negara-negara Asia, orang tua tetap diharapkan tetap mendukung perkembangan anaknya untuk jangka waktu yang lebih lama, meskipun sudah menikah.

Kronosistem

Sistem ini melibatkan pola stabilitas dan perubahan dalam kehidupan anak. Kronosistem mencakup berbagai peristiwa hidup yang penting pada individu dan kondisi sosio-kultural mereka. Perubahan yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, sehingga kronosistem benar-benar memayungi seluruh sistem yang telah disebutkan.

Selain Sistem Ekologi Bronfenbrenner, Pembelajaran Berdiferensiasi diilhami oleh multiple intelligences atau kecerdasan majemuk. Penjelasannya adala sebagai berikut.

Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)

Kecerdasan majemuk atau multiple intelligences merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam.

Menurut Gardner, kecerdasan bukanlah satu kesatuan, melainkan terdiri dari delapan jenis kecerdasan yang berbeda, yaitu.

  1. Kecerdasan Verbal-Linguistik: Kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa dengan baik.
  2. Kecerdasan Logis-Matematis: Kemampuan untuk berpikir logis, bernalar, dan menyelesaikan masalah matematika.
  3. Kecerdasan Spasial-Visual: Kemampuan untuk memahami dan memanipulasi ruang visual.
  4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani: Kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan mengkoordinasikan gerakan.
  5. Kecerdasan Musikal: Kemampuan untuk memahami dan menciptakan musik.
  6. Kecerdasan Interpersonal: Kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain dengan baik.
  7. Kecerdasan Intrapersonal: Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan mengelola emosi.
  8. Kecerdasan Naturalis: Kemampuan untuk memahami dan menghargai alam.

Zone of Proximal Development (ZPD)

Zona Perkembangan Proksimal merupakan jarak antara tingkat perkembangan actual yang ditentukan oleh pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang dewasa atau melalui kerja sama dengan orang yang lebih mampu. Vygotsky menjelaskan bahwa ZPD digunakan untuk mendeskripsikan tingkat perkembangan terakhir seseorang dan tingkat berikutnya yang dapat dicapai dengan menggunakan lingkungan sekitar dan orang dewasa sebagai fasilitator atau melalui teman sejawat yang lebih mampu.

Vygotsky memandang bahwa penggunaan ZPD dalam pembelajaran memiliki fokus pada pengkategorian pencapaian peserta didik. Pengkategorian ini terbagi atas tiga kelas, yaitu 1) peserta didik berhasil mencapai pembelajaran dengan baik, 2) peserta didik memerlukan bantuan untuk mencapai pembelajaran dengan baik, serta 3) peserta didik gagal mencapai keberhasilan. ZPD hadir sebagai jarak yang mengatur tingkatan kemampuan perkembangan individu dalam memecahkan masalah secara mandiri dengan bantuan orang dewasa atau melakukan kolaborasi dengan teman sejawat yang lebih mampu. Hasil dari pengkategorian tingkatan tersebut merupakan bentuk refleksi yang dilakukan guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan ke depannya. Dengan demikian, guru dapat menentukan dan menyediakan pendidikan bagi peserta didik berdasarkan tingkatan kemampuan yang ada.

Learning Modalities

Setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda. Gaya belajar adalah cara favorit seseorang dalam memproses informasi dan memahami konsep baru. Gaya belajar ini dibentuk oleh berbagai faktor, seperti preferensi sensorik, kepribadian, dan pengalaman belajar. Secara umum, gaya belajar terdiri atas tiga macam, yaitu Visual, Auditori, dan Kinestetik.

Visual

Gaya belajar visual adalah cara belajar yang berfokus pada penggunaan indera penglihatan untuk memahami dan mengingat informasi. Umumnya, orang dengan gaya belajar ini lebih mudah belajar dan memahami informasi melalui gambar, video, peta, diagram, dan sebagainya. Gaya belajar ini memudahkan individu mengingat tentang apa yang mereka lihat daripada apa yang orang lain katakan. 

Auditori

Gaya belajar auditori berfokus pada indera pendengaran untuk memahami dan mengingat informasi. Orang dengan gaya ini belajar lebih efektif dengan cara mendengar daripada hanya melihat sesuatu. Penyerapan informasi terbaik dilakukan melalui pembicaraan, ceramah, diskusi, tukar pendapat, dan sebagainya. 

Kinestetik

Gaya belajar terakhir adalah dengan banyak kegiatan bergerak atau melalui aktivitas fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah mengingat dan memahami informasi jika terdapat kegiatan yang menggerakkan anggota tubuh atau learning by doing daripada dua gaya belajar sebelumnya. Aktivitas pada gaya belajar ini dapat dilakukan melalui aktivitas langsung, outdoor learning, melalui pengalaman, eksperimen, simulasi, dan sebagainya.

Pembelajaran Berdiferensiasi memberikan wadah yang tepat bagi peserta didik untuk mengembangkan minat dan bakat mereka sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Sebagai seorang pendidik, penting bagi kita untuk menyadari hal ini. Oleh karena itu, Pembelajaran Berdiferensiasi perlu dimaknai agar penyelenggaraannya dapat dimaksimalkan. Menurut Tomlinson, ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi adalah.

  • Pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok. Harus berfokus pada kompetensi dasar pembelajaran.
  • Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar peserta didik diakomodasi ke dalam kurikulum; Di sini perlu adanya pemetaan kebutuhan peserta didik kemudian dimasukan kedalam strategi pembelajaran.
  • Pengelompokan peserta didik dilakukan secara fleksibel; misalnya, bisa secara mandiri, berkelompok berdasarkan tingkat kecerdasan, berkelompok berdasarkan modalitas belajar, dll.
  • Peserta didik secara aktif bereksplorasi di bawah bimbingan dan arahan guru. Pembelajaran berdiferensiasi ini berpusat kepada peserta didik.

Dalam penyajian Pembelajaran Berdiferensiasi, terdapat tiga aspek yang menjadi komponennya, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, serta diferensiasi produk. Penyajian Pembelajaran Berdiferensiasi juga dapat dibedakan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Kebutuhan belajar tersebut menurut Tomlinson adalah.

  • Kesiapan belajar peserta didik (readiness);
  • Minat peserta didik; dan
  • Profil belajar peserta didik.

Pengelompokan peserta didik berdasarkan kebutuhan belajar tersebut harus dipertimbangkan oleh guru dalam melaksanakan Pembelajaran Berdiferensiasi. Penyajian Pembelajaran Berdiferensiasi sudah sepatutnya membawa pengaruh baik dalam memberikan pemahaman konsep kepada peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan menjadi bermakna dan setiap peserta didik mampu mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya.

Nah, informasi mengenai Pembelajaran Diferensiasi sudah tersaji, ya, di artikel ini. Jika ada tambahan mengenai Pembelajaran Berdiferensiasi, silakan tinggalkan react dan komentar, ya! Terima kasih!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun