Mohon tunggu...
Budi Sutrisno
Budi Sutrisno Mohon Tunggu... Guru - Guru, Best Writer 2023, pemenang berbagai lomba menulis

Saya seorang guru di Jakarta. Memiliki hobi membaca dan menulis. Beberapa tulisan saya berupa puisi, cerpen, dan artikel telah memenangi sejumlah lomba menulis tingkat nasional.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dalam Mimpi, Kamaratih Tak Pernah Mati

2 Agustus 2024   13:27 Diperbarui: 2 Agustus 2024   13:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak jumpa pertama denganmu di kedai kopi itu

senyum manismu suah mencuri hatiku

maknanya tak perlu ditakwilkan dengan untaian kata

rasa cinta kusimpan rapat dalam bejana diam

tersebab banyak rasa yang sulit kuungkapkan dengan tutur kata

aku pun seia sekata dengan Rumi, penyair kondang sejagat yang katakan

: dalam diam tak ada penolakan

 

Baca juga: Pasar Tuyul

Akulah Kamajaya yang mendadak kelu kala bertemu denganmu, Ratih

tapi aku percaya, ketika hati berbicara

kata-kata hanyalah himpunan kelompang makna

bagiku, cinta dan diam adalah kembar siam

keduanya menyatu, tak terpisahkan

pukau takik pipimu, lembut tutur sapamu

membuat hatiku meleleh, kendati kau tak pernah tahu

kata-kata tak sanggup ungkapkan betapa besar cintaku padamu

tapi rindu selalu bersijingkat mendekap dalam kelu

Kala senja ripuh menggurat jingga di batas cakrawala

cahayanya membias di bentang segara yang menabuh gelora

sayap camar anganku terkepak, melayang ke langit kembara

serasa diriku menjelma ombak yang rindu mencumbu bibir pantai

tapi tak mampu ungkapkan segala rasa lewat deburnya

aku sungguh mencintaimu sedalam samudra yang diam

dengan serakan butir-butir mutiara rindu dan cinta di palung terdalam

yang tersimpan sejak detik jumpa denganmu sampai ajal menyalam

cinta dalam bahasa senyap ini takkan pernah padam

Terus terang, aku tak mau jadi hujan yang berbincang dalam linang                

dengan sekuntum mawar berarumi wangi

tentang cecap rasa pahit di secawan pamit                   

lebih baik aku merindukanmu dalam mimpi ketimbang ditampik dan risau hati

kar'na dalam mimpi, Kamaratih tak pernah mati

Jakarta, 15 Juni 2024  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun