Kesenjangan ekonomi yang terus-menerus memperburuk perpecahan sosial dan mengikis kepercayaan terhadap lembaga-lembaga demokrasi.Â
Ketika kelompok tertentu merasa tertinggal atau dirugikan oleh globalisasi dan kemajuan teknologi, mereka mungkin akan beralih ke pemimpin populis yang menjanjikan solusi sederhana terhadap permasalahan yang kompleks.
2. Polarisasi Politik
Polarisasi ideologis telah memperparah kemacetan politik dan menghambat dialog dan kompromi yang konstruktif.Â
Dalam lanskap politik yang semakin terpolarisasi, keberpihakan sering kali lebih diutamakan daripada kepentingan umum, sehingga melemahkan fungsi lembaga-lembaga demokrasi.
3. Erosi Pendidikan Kewarganegaraan
Kurangnya pendidikan kewarganegaraan dan literasi politik membuat warga negara tidak mampu mengevaluasi informasi secara kritis, terlibat dalam perdebatan yang bermakna, dan meminta pertanggungjawaban wakil-wakil mereka yang terpilih.Â
Tanpa pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip dan institusi demokrasi, individu mungkin rentan terhadap manipulasi dan informasi yang salah.
4. Gangguan Teknologi
Menjamurnya media sosial dan platform digital telah mengubah sifat komunikasi dan wacana politik.Â
Meskipun teknologi ini berpotensi meningkatkan partisipasi dan transparansi demokrasi, teknologi ini juga memfasilitasi penyebaran disinformasi, ruang gaung, dan pelecehan online, sehingga melemahkan kepercayaan terhadap proses demokrasi.