Â
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara demokrasi di seluruh dunia menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga banyak orang mempertanyakan ketahanan lembaga dan proses demokrasi.Â
Mulai dari bangkitnya populisme dan otoritarianisme hingga meluasnya kekecewaan terhadap elite politik, krisis demokrasi terwujud dalam berbagai bentuk.Â
Dalam artikel komprehensif ini, kami menyelidiki akar penyebab krisis dan mencari solusi potensial untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sistem politik kontemporer.
Memahami Krisis Demokrasi
Istilah "krisis demokrasi" mengacu pada penurunan kualitas dan fungsi pemerintahan demokratis.Â
Meskipun demokrasi telah lama dipuji sebagai bentuk pemerintahan yang paling sah, perkembangan terkini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuannya dalam memenuhi janji-janjinya mengenai akuntabilitas, keterwakilan, dan daya tanggap terhadap kebutuhan warga negara.
Salah satu manifestasi utama dari krisis ini adalah munculnya pemimpin-pemimpin populis dan gerakan-gerakan yang mengeksploitasi ketidakpuasan masyarakat terhadap status quo.Â
Kelompok populis ini sering menggunakan retorika yang memecah-belah, meremehkan norma dan institusi demokrasi, dan menantang supremasi hukum, sehingga menimbulkan ancaman terhadap prinsip-prinsip dasar demokrasi.
Selain itu, meningkatnya kekecewaan terhadap partai dan lembaga politik tradisional telah memicu sikap apatis dan ketidakterlibatan masyarakat. Banyak di antara mereka yang merasa terputus dari proses politik, dan menganggap suara mereka dipinggirkan atau diabaikan oleh struktur kekuasaan yang sudah mapan.
Mengidentifikasi Akar Penyebab
Beberapa faktor mendasar yang berkontribusi terhadap krisis demokrasi:
1. Ketimpangan Ekonomi