Nasionalisme etnis, di sisi lain, berkisar pada gagasan bahwa suatu bangsa harus ditentukan oleh warisan etnis atau budaya bersama, seringkali dengan mengesampingkan kelompok lain.Â
Meskipun nasionalisme dapat menumbuhkan rasa memiliki dan solidaritas di antara warga negara, nasionalisme etnis cenderung mengutamakan kepentingan satu kelompok dibandingkan kelompok lainnya, sehingga berpotensi meminggirkan komunitas minoritas dan melemahkan kohesi sosial.
Di negara-negara multikultural, kebangkitan nasionalisme etnis dapat meningkatkan ketegangan antarkelompok dan menabur benih perpecahan, terutama ketika para pemimpin politik mengeksploitasi narasi etnosentris demi keuntungan pemilu atau untuk mengkonsolidasikan kekuasaan.Â
Mentalitas kita lawan mereka dapat mengikis kepercayaan antar komunitas, mempolarisasi wacana publik, dan melemahkan ikatan yang menyatukan masyarakat yang beragam.
Tantangan terhadap Stabilitas
Persimpangan antara politik identitas dan nasionalisme etnis menimbulkan beberapa tantangan terhadap stabilitas negara multikultural.Â
Salah satu kekhawatiran yang paling signifikan adalah potensi konflik dan kekerasan yang timbul dari persaingan dan perselisihan antarkelompok.Â
Sejarah penuh dengan contoh konflik etnis yang dipicu oleh semangat nasionalis, yang berujung pada kerusuhan sipil, pengungsian, dan bahkan genosida dalam kasus-kasus ekstrem.
Selain itu, politik berbasis identitas dapat melemahkan legitimasi lembaga dan proses demokrasi, karena para politisi mengeksploitasi perpecahan untuk memajukan agenda mereka sendiri.Â
Hal ini dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik dan menyebabkan kekecewaan terhadap prinsip-prinsip demokrasi, sehingga melemahkan landasan tata kelola dan akuntabilitas.
Mendorong Tata Kelola yang Inklusif