Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis. Menyukai berbagai bidang pekerjaan yang menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Lingkungan: Memahami Konflik antara Konservasi Alam dan Pembangunan ekonomi

24 Februari 2024   23:39 Diperbarui: 24 Februari 2024   23:41 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik lingkungan hidup berada di persimpangan antara upaya konservasi dan pembangunan ekonomi, sehingga sering kali menimbulkan permasalahan yang kompleks dan kontroversial. 

Meskipun pentingnya melestarikan sumber daya alam dan melindungi ekosistem sudah diketahui secara luas, hal ini sering kali berbenturan dengan upaya mencapai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. 

Artikel ini menyelidiki dinamika politik lingkungan hidup, mengeksplorasi ketegangan antara tujuan konservasi dan kepentingan ekonomi, serta tantangan dan peluang yang ditimbulkannya.

Konflik Antara Konservasi dan Pembangunan Ekonomi:

Inti dari politik lingkungan hidup adalah konflik antara tujuan konservasi dan kepentingan ekonomi. Di satu sisi, para pegiat konservasi menganjurkan pelestarian keanekaragaman hayati, ekosistem, dan habitat alami, dengan mengakui nilai intrinsiknya dan jasa ekosistem yang disediakannya. 

Di sisi lain, para pembuat kebijakan, dunia usaha, dan masyarakat seringkali memprioritaskan pembangunan ekonomi, memandang sumber daya alam sebagai mesin pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, dan kemakmuran.

Konflik ini terwujud dalam berbagai bentuk, mulai dari perdebatan mengenai penggunaan lahan dan ekstraksi sumber daya hingga perselisihan mengenai peraturan lingkungan dan inisiatif keberlanjutan. 

Misalnya, perluasan lahan pertanian, penggundulan hutan, dan aktivitas pertambangan dapat menyebabkan kerusakan habitat, hilangnya keanekaragaman hayati, dan degradasi lingkungan, sehingga memperburuk ketegangan antara kepentingan konservasi dan ekonomi.

Tantangan dalam Menyeimbangkan Konservasi dan Pembangunan Ekonomi:

Menyeimbangkan konservasi dan pembangunan ekonomi menimbulkan tantangan yang signifikan, sehingga mengharuskan para pembuat kebijakan untuk menavigasi persaingan prioritas, trade-off, dan kepentingan pemangku kepentingan. 

Salah satu tantangan utamanya adalah menyelaraskan keuntungan ekonomi jangka pendek dengan kelestarian lingkungan jangka panjang. 

Meskipun industri ekstraktif dapat menghasilkan keuntungan langsung, praktik-praktik mereka yang tidak berkelanjutan dapat menimbulkan konsekuensi yang luas bagi ekosistem, komunitas, dan generasi mendatang.

Selain itu, kesenjangan dalam kekuasaan, sumber daya, dan akses terhadap proses pengambilan keputusan sering kali memperburuk konflik antara konservasi dan pembangunan ekonomi. 

Masyarakat adat, kelompok marjinal, dan masyarakat lokal menanggung beban paling berat akibat degradasi lingkungan dan eksploitasi sumber daya, sehingga hal ini menyoroti isu-isu keadilan dan kesetaraan lingkungan.

Selain itu, perpecahan ideologi dan kepentingan pribadi dapat menghambat upaya menemukan titik temu dan menerapkan kebijakan lingkungan yang efektif. 

Polarisasi politik, lobi industri, dan penolakan terhadap peraturan sering kali menghambat kemajuan menuju tujuan pembangunan berkelanjutan, sehingga melanggengkan siklus degradasi lingkungan dan kesenjangan ekonomi.

Peluang Sinergi dan Kolaborasi:

Meskipun terdapat ketegangan yang melekat, politik lingkungan juga memberikan peluang bagi sinergi dan kolaborasi antara kepentingan konservasi dan ekonomi. 

Menyadari keterkaitan antara kelestarian lingkungan dan kemakmuran ekonomi, para pemangku kepentingan semakin mengadopsi model pembangunan berkelanjutan yang mengintegrasikan prinsip-prinsip konservasi ke dalam praktik bisnis dan kerangka kebijakan.

Misalnya, konsep pertumbuhan hijau mendukung pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan, inklusif secara sosial, dan layak secara ekonomi. 

Dengan berinvestasi pada energi terbarukan, teknologi ramah lingkungan, dan pertanian berkelanjutan, negara-negara dapat memacu inovasi, menciptakan lapangan kerja ramah lingkungan, dan mengurangi jejak ekologis mereka.

Selain itu, inisiatif seperti ekowisata, adaptasi berbasis ekosistem, dan pembayaran jasa ekosistem menawarkan pendekatan inovatif terhadap konservasi dan pembangunan ekonomi. 

Dengan menghargai modal alam, mendorong solusi berbasis alam, dan memberi insentif pada praktik-praktik berkelanjutan, inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa konservasi dan pertumbuhan ekonomi tidak berdiri sendiri-sendiri namun dapat saling memperkuat.

Selain itu, perjanjian multilateral dan kerja sama internasional memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan lingkungan global dan mendorong pembangunan berkelanjutan. 

Perjanjian Paris mengenai perubahan iklim, Konvensi Keanekaragaman Hayati, dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan memberikan kerangka kerja untuk tindakan kolektif, berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas, melampaui batas-batas nasional dan menumbuhkan rasa solidaritas global.

Kesimpulan:

Kesimpulannya, politik lingkungan mencerminkan interaksi yang rumit antara kepentingan konservasi dan kepentingan ekonomi, sehingga membentuk arah pembangunan berkelanjutan. 

Meskipun konflik antara konservasi dan pembangunan ekonomi sering terjadi, konflik-konflik tersebut juga menghadirkan peluang bagi inovasi, kolaborasi, dan perubahan transformatif.

Dengan mengadopsi pendekatan holistik yang mengintegrasikan pertimbangan lingkungan, sosial, dan ekonomi, para pembuat kebijakan dapat membuka jalan menuju pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. 

Pada akhirnya, mencapai keseimbangan yang harmonis antara konservasi dan pembangunan ekonomi memerlukan tindakan kolektif, kemauan politik, dan komitmen bersama untuk menjaga planet ini demi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun