Dikatakan cara pandang bias kognitifnya bisa dilihat dari perspektif politik, karena Budiman politisi dari partai berkuasa. Dia berpikir didasarkan pada preferensi politik tertentu terhadap politik itu sendiri, partai politik, dan pemimpin politik lainnya.
Akibat bias berpikir sebagai seorang politisi cenderung melihat parpol dan capres yang didukungnya secara positif, sementara mereka yang tidak didukung dipersepsikan dengan cara lebih negatif (ini yang disebut efek “halo politik”).
Publik perlu memahami bias kognitif ini agar tidak mudah dipengaruhi cara berpikir individu (politisi), maupun dinamika politik yang lebih luas yang biasanya muncul dalam debat publik, kampanye politik, hingga pembuatan kebijakan. Ini bisa membantu kita lebih kritis dari pengaruh politisi dan parpol terhadap nalar kita. Atau, setidaknya bisa mengurangi efek “pembodohan” yang ditimbulkan dari cara pandang mereka. Terlebih, kita saat ini sedang menghadapi dinamika politik yang mulai memanas menjelang Pemilu 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H