progresif teknokratik. Jika tidak muncul, dirinya khawatir pemenang pemilihan presiden 2024 adalah pemimpin konservatif populisme, sambil merujuk contoh tipe tersebut adalah Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
POLITISI asal PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko dalam diskusi yang diselenggarakan Para Syndicate menyatakan pandangan bahwa kedepan Indonesia bisa diisi kepemimpinanTipe pemimpin konservatif populis menurut pemikirannya berbahaya karena akan membawa Indonesia seperti negara-negara di Amerika Latin. Hal ini bisa dilihat dari ketimpangan yang dirasakan di negara-negara di wilayah tersebut (CNNIndonesia, 25/05/23).
Berbeda dengan Jokowi, yang dipandangnya sebagai pemimpin progresif populis dan visioner realistis. Namun, kepemimpinan ala Jokowi ini menurutnya cenderung kompromistis dan kepemimpinan seperti itu mesti diakhiri. “Jokowi harus menjadi presiden visioner realistis terakhir,” harap Budiman.
Paparan Budiman Sudjatmiko dan kesimpulannya ini tentu sah-saja saja dan masih bisa diperdebatkan, dengan melihat narasi yang diutarakannya dengan parameter fakta, data dan realita empiris. Apalagi hal itu hanya sekadar opini di ruang diskusi, yang didominasi persepsi subjektif berhias intuisi yang muncul dalam pemikiran Budiman.
Kepemimpinan berkarakter progresif teknokratik sudah banyak dielaborasi para ahli manajemen. Sebut saja Stephen Denning (kepemimpinan progresif dalam pengelolaan organisasi yang fokus pada inovasi, kolaborasi dan pengembangan organisasi); Ronald A Heifetz & Marty Linsky (Leadership on the Line: Staying Alive through the Dangers of Leading) atau Clayton M. Christensen, Jeffrey Dyer, maupun Hal Gregersen.
Pengertian pemimpin progresif teknokratik mengacu pada pendekatan prinsip-prinsip kepemimpinan progresivitas yang bertujuan mendorong perubahan positif dan inovatif. Model ini juga memadukan keterampilan teknokrasi dengan pengetahuan dan keterampilan teknis dalam pengambilan keputusan.
Karakter progresifnya terlihat dari cara mempromosikan perubahan sosial dan reformasi dalam masyarakat. Visi progresifnya diarahkan untuk meningkatkan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik melalui kebijakan berkeadilan, kesetaraan, melawan diskriminasi, dan kesejahteraan sosial. Sedangkan karakter teknokrat terlihat dari kebiasaannya bekerja mengandalkan data, analisis, dan keahlian teknis dalam merumuskan kebijakan dan mengelola masalah-masalah kompleks.
Karakter kepemimpinan seperti itu sudah bisa kita lihat dari munculnya pemimpin-pemimpin daerah (provinsi dan kabupaten/kota) di Indonesia. Sikap progresif mereka dalam mendorong perubahan sosial serta inovasi dalam kebijakan dan pelayanan publiknya telah dirasakan masyarakat yang dipimpinnya. Bahkan, tak urung sejak mulai dinarasikan, digagas, hingga dikerjakannya, mereka harus berhadapan dengan pihak-pihak yang menentangnya, meskipun penentangan itu tendensinya berbau politis.
Konservatif Populis
Di kalangan akademisi manajemen, pemimpin konservatif populis lebih berorientasi ideologis konservatif, menekankan kelestarian tradisi, identitas nasional dan kebangsaan, dan cenderung memihak pada kepentingan kelompok tertentu.